"Iya, luas yang terbakar ini sekitar 2 hektare dengan lima Pemadam Kebakaran dan personilnya ada 20 orang yang diturunkan," jelas Kepala BPBD Denpasar, Ida Bagus Joni Ariwibawa, usai dikonfirmasi di Denpasar, Jumat.
"Penyebab kebakaran ini karena gas metan yang berada di bawah sampah dan karena cuaca panas dari terik matahari," kata Ida Bagus Joni Ariwibawa.
Baca juga: Legislator Bali minta pemerintah evaluasi TPA Suwung
Baca juga: Luhut perintahkan penataan TPA Suwung
Gas metana dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya dari proses penguraian sampah sehari - hari baik organik dan non organik yang sudah lama tertumpuk di TPA tersebut.
Ia mengatakan dari kejadian ini tidak ada korban jiwa dan juga kerugian, melainkan lingkungan yang berada di daerah Suwung menjadi tercemar hasil kebakaran ini.
Kebakaran di TPA Suwung bukan kali pertama terjadi, karena di tahun sebelumnya pernah terjadi kebakaran terutama saat musim kemarau.
"Antisipasinya nanti ya TPA ini akan disekat - sekat dan ada penyaluran gas metannya, dan saat ini sedang proses penataan," ucapnya.
Terkait dengan perencanaan pengelolaan sampah menjadi gas metana, pihaknya menuturkan terlihat sedang dibangun pengolahan sampah menjadi energi baru.
Disamping itu, Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman, menilai suhu udara memang terjadi peningkatan mencapai 35 derajat celsius, namun hal itu tidak dapat langsung dikaitkan dengan penyebab kebakaran, karena masih ada faktor lainnya.
"Untuk penyebab kebakaran tidak bisa langsung dikaitkan dengan keadaan cuaca karena ada banyak faktor lain yang bisa memicu terjadinya kebakaran, yang jelas keadaan cuaca yang akhir-akhir ini kering atau tidak ada hujan yang kemungkinan bisa mendukung terjadinya kebakaran," jelas Iman.
Iman mengatakan bahwa sebelumnya kebakaran pernah terjadi pada bulan September 2018, dan saat itu memang sedang musim kemarau.
Menurutnya selain cuaca yang panas, diduga karena gas metan. "Karena kalau di TPA itu kan sampahnya menumpuk lama, mau organik atau non organik, disana nyampur jadi satu sampai ada bakteri yang menguraikan sampah dan dari hasil itu mengeluarkan gas metan," ucapnya.
Ia menambahkan jumlah gas metan yang makin banyak muncul karena sampah yang tertumpuk ini tidak cukup kuat hingga akhirnya meledak ke atas.
Selain itu juga karena membuang puntung rokok sembarangan di saat musim kemarau ini, sampah - sampah dari pecahan gelas, kaca lalu terkena sinar matahari, juga bisa memicu terjadinya kebakaran.
"Sudah tentu ya, kalau kebakaran di area yang luas ini pastinya akan menambah suhu di daerah setempat semakin meningkat panasnya," jelas Iman.
Baca juga: Pemkot Malang gunakan teknik injeksi padamkan api di TPA Supiturang
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019