Seorang pejabat intelijen pemerintah sekaligus anggota milisi Asaib Ahl al-Haq berpengaruh tewas akibat bentrokan dengan pengunjuk rasa di Kota selatan Amara, katanya.
Baca juga: Polisi Irak kembali tembaki massa, korban tewas lebih dari 100 orang
Lebih dari 2.000 orang terluka dari seluruh wilayah, menurut sumber medis dan Komisi Tinggi HAM Irak (IHCHR), saat masa melampiaskan frustasi mereka terhadap elit politik yang menurutnya gagal memperbaiki kehidupan setelah bertahun-tahun konflik.
"Yang kami inginkan empat hal: pekerjaan, air, listrik dan keamanan. Itulah yang kami inginkan," kata Ali Mohammed, (16) yang menutupi wajahnya dengan kaos untuk menghindari gas air mata, saat situasi di Lapangan Tahrir Baghdad rusuh.
Sirene meraung-raung dan tembakan gas air mata terus disemprotkan ke arah massa yang berselubung bendera Irak sambil meneriakkan "dengan nyawa dan darah kami membela Irak."
Baca juga: Seorang terbunuh dalam pawai protes warga Irak menuju Baghdad
Pertumpahan darah itu merupakan aksi kekerasan brutal kedua pada Oktober ini. Serentetan bentrokan dua pekan lalu antara massa dan pasukan keamanan menewaskan 157 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang lainnya.
Kerusuhan tersebut menghancurkan hampir dua tahun stabilitas di Irak, yang hidup melalui pendudukan asing, perang saudara dan perlawanan ISIS antara 2003-2017. Aksi tersebut menjadi tantangan terbesar bagi pasukan keamanan sejak ISIS dinyatakan kalah.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu AS desak PM Irak tangani keluhan pemrotes
Baca juga: Protes berlanjut di Kota Sadr, Irak, saat masuki pekan kedua
Baca juga: Jumlah korban tewas akibat protes di Irak jadi 12
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019