Pihak berwenang telah berjuang untuk mengatasi ketidakpuasan berupa kerusuhan dengan kekerasan yang kadang-kadang meletus di Baghad sejak 1 Oktober menyebar ke kota-kota selatan. Demonstran menyalahkan pejabat korup dan elit politik karena gagal meningkatkan kehidupan mereka.
Setidaknya satu pengunjuk rasa telah meninggal dan lebih dari 200 lainnya terluka dalam kerusuhan terbaru.
Kerusuhan telah menimbulkan tantangan terbesar bagi Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi sejak ia menjabat satu tahun lalu. Terlepas dari reformasi yang menjanjikan dan perombakan kabinet yang luas, perdana menteri sejauh ini berjuang untuk mengatasi ketidakpuasan para pemrotes.
Dalam pidatonya Kamis malam (24/10), dia memperingatkan bahwa jatuhnya pemerintahan akan menyeret Irak ke dalam kekacauan lebih lanjut.
Bagaimana pemerintah dan pasukan keamanan akan menangani protes yang direncanakan pada Jumat adalah "ujian lakmus" untuk stabilitas negara dengan para pemimpin politik sudah di ujung tanduk.
Politisi dan partai berencana hadir lebih kuat pada Jumat, tetapi campur tangan mereka terus ditolak oleh para pengunjuk rasa.
"Tuntutan kami adalah pengunduran diri seluruh pemerintah, pembubaran semua partai politik, kehidupan yang baik. Kami datang ke sini dalam protes damai untuk ini," kata Mahmoud al-Shummari, (51) satu dari ribuan orang yang berkumpul di Tahrir Square, Baghdad. .
Ratusan orang, beberapa di antara mereka telah berkemah Kamis malam di alun-alun, melakukan upaya sepanjang pagi untuk berbaris menuju Zona Hijau kota, yang dibentengi, yang menampung gedung-gedung pemerintah dan kedutaan asing, ketika mereka dihentikan oleh pasukan keamanan.
Ulama terkemuka negara itu, Imam Besar Ayatollah Ali as-Sistani, yang dalam beberapa pekan terakhir mengkritik penanganan protes oleh pemerintah, mendesak ketenangan dari semua pihak selama khotbahnya pada hari Jumat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rakyat Irak Unjuk Rasa Tolak Pasukan Asing
Baca juga: Iran minta rakyat Irak menahan diri
Baca juga: Polisi Irak kembali tembaki massa, korban tewas lebih dari 100 orang
Pewarta: Maria D Andriana
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019