Anggota DPR dari Fraksi Gerindra Darori Wonodipuro menyakini data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait luas lahan sawah sudah melalui kajian dan pertimbangan yang matang.Apapun yang dikeluarkan oleh BPS itu, salah atau benar harus kita akui
"Apapun yang dikeluarkan oleh BPS itu, salah atau benar harus kita akui, karena itu sudah melalui kajian dan pertimbangan para pakar," kata Darori dalam pernyataan di Jakarta, Minggu.
Darori mengatakan data yang berasal dari pemerintah tersebut seharusnya tidak perlu dipertanyakan akurasinya karena telah dilakukan melalui metodologi yang tepat.
Untuk itu, menurut dia, apabila ada tudingan bahwa data BPS tidak akurat, maka hal tersebut mengada-ada dan merupakan tuduhan tidak berdasar.
Baca juga: Amran Sulaiman beberkan 92 persen data pangan tidak akurat
Ia pun menilai Menteri Pertanian yang baru Syahrul Yasin Limpo dapat mengambil keputusan yang tepat terkait kebijakan pangan karena berpengalaman dengan data dan teliti dalam melakukan analisa.
"Kalaupun dibilang salah, nanti juga akan dikroscek oleh Mentan yang baru.Tetapi untuk saat ini kita percaya data BPS," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas mengatakan kurang akuratnya data membuat pemerintah mengambil keputusan yang tidak tepat terkait pengadaan pangan.
Hal itu terlihat ketika terdapat klaim surplus beras pada periode 2015-2017, padahal pemerintah pada saat bersamaan juga melakukan impor untuk penyiagaan pasokan.
Dwi Andreas mengakui selama ini BPS sudah melakukan metodologi penghitungan luas lahan dengan menggunakan satelit dan pengamatan lapangan.
Baca juga: DPR-Kementan sepakati alokasi APBN sesuai luas lahan 2016
Petugas BPS, lanjut dia, juga harus mengirim data dari titik koordinat, karena jika tidak mengirim data dari lokasi yang ditentukan, terjadi perekaman yang tidak terbaca di sistem server BPS Pusat.
"Saya sudah pernah diajak langsung oleh teman-teman di BPS untuk menghitung luasan lahan, saya bisa katakan faktor human error tidak ada, atau kecil sekali," ujarnya.
Saat ini, BPS melakukan penghitungan luas lahan baku sawah untuk mengukur produksi dan luas panen dengan menggunakan metode kerangka sampel area.
Metode tersebut merupakan pemantauan estimasi luas panen berdasarkan data pengamatan segmen dengan memanfaatkan teknologi citra satelit dan peta lahan baku sawah.
Dengan cara ini, BPS mencatat luas lahan baku sawah pada 2018 mencapai 7.105.145 hektare atau turun dibandingkan 7.750.999 hektare pada 2013.
Baca juga: Impor beras disebut terjadi karena data tak valid
Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019