Indonesia memperhatikan perkembangan situasi di Suriah usai berita kematian pemimpin kelompok ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
“Kita sudah mendengar (berita) itu tetapi kita tidak boleh meremehkan. Kita perlu memperhatikan apa yang akan terjadi setelah itu,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin.
Menurut Suhardi, kehati-hatian diperlukan dalam menyikapi tewasnya Baghdadi karena berita tersebut tidak serta merta mengindikasikan bahwa ISIS di Suriah melemah.
“Kita harus hati-hati karena kan (berita) itu juga akan berdampak. Sekarang ini semua masalah kan sifatnya global, kejadian di Timur Tengah juga kan berdampak ke dalam negeri,” kata Suhardi.
Abu Bakr al-Baghdadi diyakini tewas dalam serangan oleh militer AS di Suriah pada Sabtu (26/10).
Dalam pidato di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Baghdadi tewas setelah berusaha kabur, dan terjebak hingga akhirnya meledakkan rompi bunuh diri.
Operasi khusus militer AS disebutnya juga telah menewaskan sejumlah besar anggota ISIS lainnya, termasuk tiga anak Baghdadi.
Trump mengatakan bahwa misi khusus AS itu juga melibatkan delapan helikopter yang dikirim dari pangkalan militer rahasia. Dalam melancarkan serangan tersebut, AS dibantu oleh Rusia, Suriah, Turki, dan Irak.
Terkait pernyataan Trump, Suhardi mengatakan bahwa Indonesia akan terus mengikuti perkembangan situasi dan bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, termasuk dengan perwakilan RI di perbatasan Suriah.
“Termasuk kita akan kirim tim untuk memantau situasi terakhir,” tutur Suhardi.
Baca juga: Pemimpin ISIS Baghdadi diberitakan dibunuh pasukan AS
Baca juga: Pemimpin IS jadi sasaran pasukan AS
Baca juga: Anak lelaki Abu Bakr Baghdadi tewas di Homs
Langkah Preventif Cegah Penyebaran Benih ISIS
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019