• Beranda
  • Berita
  • 511 ribu hektare lahan kritis di Kalsel jadi target revolusi hijau

511 ribu hektare lahan kritis di Kalsel jadi target revolusi hijau

28 Oktober 2019 17:26 WIB
511 ribu hektare lahan kritis di Kalsel jadi target revolusi hijau
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat menggelar Seminar Nasional Kehutanan 2019 di Banjarbaru, Senin (28/10/2019). ANTARA/Firman

kita belum bisa menghadirkan ekonomi hutan secara riil

Sekitar 511 ribu hektare lahan di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan menjadi target rehabilitasi dari Gerakan Revolusi Hijau yang digaungkan Dinas Kehutanan Kalsel.

"Setiap tahunnya ditargetkan ada penanaman seluas 32 ribu hektare. Dan Kemarin baru saja kita tanam 2 juta bibit pohon menandai dimulainya penghijauan di tahun ini pada musim hujan", kata
Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Dr Hanif Faisol Nurrofiq saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Nasional Kehutanan 2019 di Banjarbaru, Kalsel, Senin.

Pada seminar bertema "Gerakan Revolusi Hijau Untuk Mendukung Pengelolaan Hutan Menuju Era Revolusi Industri 4.0" yang digelar Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu, Hanif mengatakan, revolusi hijau yang dilaksanakan Pemprov Kalsel juga sejalan dengan Gerakan Nasional Pemulihan Daerah Aliran Sungai (DAS) tahun 2019.

Baca juga: Butuh Rp200 triliun benahi DAS kritis
Baca juga: Revolusi hijau percepat pemulihan lahan kritis Kalsel


Pada acara di Hortensia Ballroom Hotel Roditha Banjarbaru itu Hanif membawakan judul makalah "Membangun e-Services Untuk Pengelolaan Hutan Lestari Provinsi Kalimantan Selatan".

Menurut Hanif, kawasan hutan Kalsel yang memiliki luas keseluruhan sekitar 1,7 juta hektare masih ada sekitar 200 ribu hektare diantaranya yang mengalami kerusakan alias berkurang fungsinya.

Sedangkan lahan kritis di luar kawasan hutan mencapai 300 ribu hektarr lebih yang harus dihijaukan kembali.

"Sesuai daya dukung pendanaan dan sebagainya, angka 30 ribu hektare per tahun sudah sangat maksimal untuk suatu provinsi. Memang berat, tapi kita harus komitmen dan sungguh-sungguh. Yang paling penting bagaimana melibatkan masyarakat untuk kajian ekonominya, sehingga kita tidak akan terlalu berat membangunnya," katanya.

Hanif juga mengingatkan,  tidak perlu lagi ada pertanyaan, hutan tanggung jawab siapa. Karena hutan sejatinya adalah milik bersama dan dikelola bersama pula.

Baca juga: Lahan kritis di Teluk Wondama diperbaiki dengan penanaman mangrove
Baca juga: Lahan kritis Jatim capai 1,5 juta hektar

 
Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Dr Hanif Faisol Nurrofiq (tengah) bersama Ketua pelaksana seminar Dr Ir H Zainal Abidin (kiri). (antara/foto/firman)


Dia pun mengapresiasi Fakultas Kehutanan ULM yang telah menginisiasi seminar tersebut. Karena menurut Hanif bernilai sangat penting dan strategis untuk membantu mendorong keberhasilan Gerakan Revolusi Hijau.

"Kami sadari Revolusi Hijau hanya pada tataran secara sederhana yaitu baru semangatnya. Kami ingin ada masukan yang konkret dari para akademisi sebuah rekomendasi yang bisa diimplementasikan untuk konsep yang harus dibangun," harapnya.

Diakui Hanif, pihaknya ingin menjadikan rehabilitasi atau penghijauan sebagai profit center (pusat laba) bukan hanya cost center (pusat biaya). Dimana hutan bisa membangun ekonomi sebagai salah satu penopang ekonomi daerah.

"Kalau itu bisa dilakukan, kita tidak akan susah membangun hutan lestari. Faktanya sekarang, kita belum bisa menghadirkan ekonomi hutan secara riil. Hutan sebagai listrik, hutan sebagai air jangan hanya retorika tapi harus bisa kita kuantitatifkan dalam bentuk hitung-hitungan bisnis. Apalagi di kementerian sudah sepakat membentuk Badan Layanan Umum untuk pembangunan sektor lingkungan," tandasnya.

Baca juga: Sekitar 8.500 hektare lahan kritis Jabar akan direhabilitasi


Selain Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, seminar yang dihadiri 103 peserta dari beragam kalangan itu, juga menampilkan tiga pembicara utama lainnya yaitu Erik Teguh Primiantoro (Direktur Pencegahan Dampak Lingkungan, Kebijakan Wilayah dan sekitar, Ditjend Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dengan judul makalah "Penerapan Instrumen PPLH dalam Memperkuat Gerakan Revolusi Hijau Kalimantan Selatan".

Kemudian Prof Dr Ir H Yusran (Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar) dengan judul makalah "Forest Management Paradox; tantangan Pengelolaan Hutan Era Revolusi Industri 4.0".

Terakhir ada Prof Dr Rudianto Amirta selaku Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman yang membawakan judul makalah "Green Energy Potency from Tropical Forest Plant Biomass: Diversity of Plant Species and it Availability".

Baca juga: Kalsel target tanam 59.000 hektare lahan kritis
Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ULM Dr Ir H Muhammad Fauzi bersama para pembicara utama saat membuka seminar. (antara/foto/firman)


Ketua pelaksana seminar Dr Ir H Zainal Abidin mengatakan, ada 60 pemakalah umum yang juga mempresentasikan hasil penelitian, pemikiran serta pengalaman di bidang kehutanan dan yang terkait dengan lingkungan.  

Baca juga: KLHK: 24 juta hektare lahan Indonesia kritis

 

Pewarta: Firman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019