• Beranda
  • Berita
  • Sri Mulyani minta swasta tetap optimistis di tengah krisis global

Sri Mulyani minta swasta tetap optimistis di tengah krisis global

31 Oktober 2019 12:55 WIB
Sri Mulyani minta swasta tetap optimistis di tengah krisis global
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) didampingi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (kanan) menyaksikan Dirut PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso (kedua kiri) disela-sela pembukaan acara CEO Networking 2019 di Jakarta, Kamis (31/10/2019). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww/pri.

Saya ingin menekankan jangan ikut gloomy. Karena saat ini (perekonomian) psyhcology driven weakness

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati minta kepada pelaku usaha untuk tetap optimistis dalam menghadapi adanya krisis global yang menyebabkan perekonomian di berbagai negara menjadi tidak stabil.

Sri Mulyani menuturkan kondisi seperti ini menyebabkan adanya perilaku wait and see bagi pelaku usaha sebab proyeksi perlemahan ekonomi dari berbagai lembaga keuangan dunia dinilai cukup mampu mempengaruhi psikologi para pihak swasta.

“Saya ingin menekankan jangan ikut gloomy. Karena saat ini (perekonomian) psyhcology driven weakness,” katanya dalam acara CEO Networking 2019, di Hotel RitzCarlton, Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa masih banyak negara yang berhasil menjaga kestabilan ekonominya meskipun sebenarnya proyeksi akan terjadi perlemahan telah sering terjadi terutama lima tahun terakhir.

Ia mencontohkan, China saat ini masih bisa tumbuh di atas 5 persen meskipun prediksi sejak lima tahun lalu mencatatkan bahwa negara tersebut akan turun di bawah 4,5 persen.

Tak hanya China, Amerika Serikat juga dinilai masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil serta Eropa turut mempertahankan kestabilan ekonominya setelah mengalami dampak krisis yang terjadi sekitar 2008 sampai 2009 lalu.

“Artinya tiga ekonomi terbesar itu cukup positif. Jadi sebenarnya konteks ekonomi dunia tidak dalam kondisi baik atau negative growth recession,” ujarnya.

Menurut dia, trade war  atau perang dagang yang didengungkan oleh Presiden Trump sejak pertengahan 2018 cukup mempengaruhi psikologis pelaku usaha dan membuatnya takut untuk melangkah lebih jauh terhadap berbagai hal penunjang ekonomi seperti berinvestasi.

“Jadi dinamika ekonomi di Amerika yang sebagai ekonomi terbesar di dunia menimbulkan suatu uncertainty sehinggga pengaruhnya memang pada psikologi,” katanya.

Sementara itu, Menkeu memastikan bahwa Indonesia sendiri sedang berada di dalam kondisi yang relatif stabil dengan pertumbuhan ekonomi masih di atas proyeksi perlemahan yaitu 5,05 persen.

Ia menuturkan, pertumbuhan tersebut membuktikan bahwa Indonesia masih memiliki kemampuan dalam menjaga stabilitas ekonomi sebab adanya pasar domestik yang besar sehingga mampu menunjang perekonomian nasional.

“Salah satu daya tarik dari sisi investor destination yang menarik karena size dari marketnya besar, mampu menjadi semacam insurance untuk menopang ekonomi di tengah global environment tidak pasti,” katanya.

Tak hanya itu, Sri Mulyani juga menuturkan bahwa pemerintah pun turut menyiapkan kebijakan fiskal dan memberikan banyak insentif kepada pelaku usaha agar bisa memperkuat ekonomi Indonesia terutama sektor industri.

“Kita berharap dengan organisasi pemerintah lebih baik bisa ditularkan ke dunia usaha sehingga tidak wait and see,” ujarnya.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin percepat pengembangan ekonomi Islam

Baca juga: Menkeu: Aset negara harus dikelola produktif untuk kesejahteraan

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019