Al-Baghdadi, yang berasal dari Irak dan menjadi pemimpin kelompok ultra-garis keras serta mendeklrasikan dirinya sebagai "khalifah" semua Muslim, terbunuh dalam penyerbuan yang dilancarkan pasukan khusus AS.
ISIS, yang pernah menguasai sejumlah wilayah Irak dan Suriah pada 2014-2017 sebelum kekhalifahan versi mereka hancur akibat serangan pimpinan AS, sebelumnya bungkam soal status Al-Baghdadi.
Kelompok itu membenarkan kematiannya melalui rekaman audio yang diunggah secara daring. Mereka juga mengatakan seseorang yang hanya diketahui bernama Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi telah ditunjuk untuk menempati posisi Al-Baghdadi.
Seorang pengamat di Universitas Swansea yang mekusatkan perhatian pada soal ISIS, Aymenn at-Tamimi, menyatakan nama itu tak dikenal namun dapat merujuk kepada tokoh terkemuka ISIS, yang dipanggil Hajj Abdullah, yang diidentifikasi oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai kemungkinan pengganti Al-Baghdadi.
Juru bicara ISIS menyinggung AS dalam rekaman tersebut.
"Waspadalah (melawan) negara mereka dan saudara-saudara mereka yang kafir dan murtad, dan menjalankan wasiat komandan yang taat dalam pesan audio terakhirnya, dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dengan darah orang musyrik," katanya.
Kematian Al-Baghdadi sepertinya akan membuat ISIS terpecah, dengan membiarkan siapa pun muncul sebagai pemimpin barunya dengan tugas menarik kembali kelompok itu sebagai pasukan tempur, menurut pengamat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pakaian dalam Baghdadi jadi petunjuk penyerbuan pasukan AS
Baca juga: Trump: AS mungkin siarkan video operasi militer Baghdadi
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019