"Intinya kebijakan penyelamatan industri tekstil harus komprehensif, tidak hanya dari Kementerian Perdagangan saja melainkan juga dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan dan Kementerian Tenaga Kerja," ujar Esther kepada Antara di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan bahwa alasan perlu kebijakan komprehensif untuk menyelamatkan idnustri tekstil dan produk tekstil nasional karena mesin-mesin industri tekstil nasional sudah tua, sehingga harus ada insentif fiskal terkait impor mesin-mesin tekstil baru dengan teknologi terkini serta ramah lingkungan.
Baca juga: Menperin optimistis industri tekstil berpotensi bangkit kembali
Selain itu sumber daya manusia dalam industri tekstil yang kurang membutuhkan solusi engan memperbanyak pendidikan dan sekolah vokasi industri tekstil, di mana Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Perindustrian bersama-sama perlu menyusun program vokasi tersebut.
Kementerian Perdagangan juga perlu mengerem keran impor tekstil dan produk tekstil yang sudah bisa diproduksi oleh industri tekstil dalam negeri, serta memberikan insentif fiskal misalnya untuk ekspor produk tekstil nasional.
"Kalau industri tekstil kita belum bisa melakukan ekspor, maka pemerintah perlu mengembalikan kondisi industri tekstil nasional ke tahun 1980-an dengan memberikan insentif fiskal bagi industri tekstil berorientasi substitusi impor," kata Esther.
Baca juga: Selamatkan industri tekstil, Ikatsi: Prioritaskan restrukturisasi
Sedangkan terkait ongkos logistik antar wilayah Indonesia yang mahal perlu ditekan melalui peranan Kementerian Perhubungan.
Menurut direktur program Indef tersebut, Industri-industri tekstil dan produk tekstil nasional menghadapi kondisi kemudahan berbisnis yang sangat sulit. Selain itu harga-harga dari produk tekstil nasional tidak kompetitif dibandingkan produk impor.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef), kinerja industri tekstil dan produk tekstil nasional rata-rata pertumbuhan selama 10 tahun terakhir mencatat kenaikan ekspor tiga persen namun di sisi lain impor juga mengalami kenaikan 10,4 persen. Sedangkan neraca perdagangannya terus tergerus dari 6,08 miliar dolar AS menjadi 3,2 miliar dolar AS.
Beberapa alasan mengapa industri tekstil dan produk tekstil nasional mengalami kemunduran signifikan karena serbuan impor produk tekstil ke Indonesia, harga produk tekstil Indonesia tidak kompetitif dibandingkan produk impor, pertumbuhan impor kain yang tidak diimbangi ekspor garment telah merusak industri kain, benang dan serat, serta pertumbuhan konsumsi domestik diambil impor.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019