Namun dirinya belum mengambil keputusan karena jadwal pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar belum ditetapkan.
"Pertimbangan berikutnya adalah bahwa rekonsiliasi atau 'cooling down' saya kemarin harusnya dibaca teman-teman yang mendukung Airlangga itu harus merangkul para pendukung saya agar mereka tetap menjadi bagian dari Partai Golkar," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin.
Namun faktanya menurut dia, tidak ada satupun dari para pendukungnya yang dirangkul untuk berpartisipasi dalam membangun partai dan tugas-tugas yang ada di partai.
Dia mengatakan para pendukungnya tidak ada yang mengisi posisi pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dan komisi-komisi di DPR bahkan ada yang minta di komisi tertentu.
"Itu barangkali mungkin saja yang membuat para pendukung saya lebih militan. Dan daerah-daerah melihatnya juga tidak ada niat baik merangkul semua yang sedang berkontestasi di Partai Golkar," ujarnya.
Dia membantah ada kesepakatan antara dirinya dan Airlangga terkait kalau dirinya menjadi Ketua MPR RI maka tidak akan maju sebagai caketum Golkar.
Menurut Bamsoet, dirinya menjadi Ketua MPR RI karena penugasan partai dan ketika itu dirinya serta Airlangga "cooling down" karena ada tujuan partai yang lebih besar yaitu mendapatkan posisi Ketua MPR atau pimpinan MPR.
"Dan kemudian ada suasana untuk menjaga situasi yang kondusif, tidak ada gejolak baik di Partai Golkar maupun di luar partai sampai Presiden dilantik. Jadi sudah terlewati," katanya.
Dia menegaskan bahwa dirinya maju atau tidak sebagai caketum Golkar, sangat tergantung dorongan para pemilik suara di daerah.
Baca juga: Politikus Golkar pastikan Bamsoet maju sebagai calon ketua umum
Baca juga: Kader dorong Bamsoet terus maju dalam pemilihan Ketua Umum Golkar
Baca juga: Soal utusan Golkar isi kabinet, Bamsoet serahkan ke Ketum
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019