"Jadi reuni itu pasti akan diadakan setiap tahun, karena sudah berjalan dua periode 2017 dan 2018. Jadi di 2019 nanti reuni akan diadakan lagi," kata Yusuf di Gedung Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Selasa.
Dia berharap jumlah peserta nanti tidak akan jauh berbeda dengan partisipan pada tahun lalu. Soal jam penyelenggaraan belum dapat dipastikan.
Baca juga: Mengaji manajemen keramaian Reuni Akbar 212
Hanya saja, Yusuf merencanakan Reuni 212 tetap dilakukan pada 2 Desember. "Apakah dimulainya tengah malam menjelang pagi hingga selesai pagi hari atau dimulai pagi hari itu menjadi pembahasan," katanya.
Dia mengatakan penyelenggaraan reuni pada tahun ini akan terlepas dari unsur politik karena tidak bebarengan dengan perhelatan politik.
"Mudah-mudahan yang hadir dulu punya waktu, keuangan dan sebagainya dan tidak hanya karena ada momen momen Pilpres, insya Allah. Tapi itu tidak menjadi suatu target bagi kita mengenai jumlah. Semangat dan kebersamaan tetap harus kita jaga," katanya.
Baca juga: Reuni Akbar 212 aman, buktikan Indonesia damai
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi mengatakan Reuni 212 agar berlangsung dengan damai tanpa anarkis.
Aksi menyampaikan pendapat di ruang publik, kata dia, tidak dilarang di Indonesia karena bagian dari demokrasi dan hak asasi berekspresi.
"Di negara demokrasi negara yang menjunjung tinggi hak asasi, saya kira keinginan berkumpul, menyampaikan berpendapat saya kira sah-sah saja sepanjang itu dilakukan sesuai dengan koridor hukum, dengan cara yang baik dengan akhlak yang baik dan juga tentunya yang mengindahkan ketertiban untuk jangan sampai kegiatan itu justru menggangu hak orang lain," katanya.
Baca juga: Reuni 212 cermin gairah persatuan umat Islam
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019