Namun Rusia, China, Iran dan musuh AS lainnya akan berusaha mengintervensi pemilu AS mendatang, termasuk melalui manipulasi media sosial dan serangan dunia maya, kata lembaga tersebut.
"Sementara untuk saat ini kami tidak memiliki bukti kompromi atau gangguan pada infrastruktur pemilu, yang akan memungkinkan para musuh mencegah pemungutan suara, mengubah jumlah suara, atau mengganggu kemampuan untuk menghitung suara. Kami terus mengawasi secara saksama ancaman apa pun terhadap pemilihan AS," demikian pernyataan bersama yang ditandatangani oleh ketua masing-masing lembaga.
Lembaga keamanan meningkatkan upaya untuk melindungi pemilihan dan posisi baru yang dibentuk di bawah Kantor Direktur Intelijen Nasional, yang hanya berfokus pada keamanan pemilihan AS.
Penafsiran pada Januari 2017 oleh lembaga intelijen menemukan bahwa Rusia telah mengintervensi pemilu presiden 2016 dan salah satu tujuannya membantu Presiden Donald Trump.
Para ahli keamanan nasional mengaku mereka yakin sejumlah pemerintah asing akan menargetkan lagi pemilu presiden 2020 dalam upaya memengaruhi para pemilih AS.
Pada Februari 2018 Departemen Kehakiman untuk pertama kalinya membentuk Pasukan Khusus Digital Dunia Maya dengan misi perlindungan pemilihan AS mendatang dari campur tangan asing.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia bantah laporan "menjijikan" soal peretasan
Baca juga: Mantan insinyur Yahoo akui retas 6.000 akun
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019