Pernyataan itu disampaikan Prayuth dalam jumpa pers di Bangkok guna menanggapi surat Sam Rainsy yang meminta izin menyebrang ke Kamboja melalui Thailand. Namun, Prayuth besar kemungkinan menolak permintaan tersebut karena Thailand menghormati hubungannya dengan Kamboja sebagai sesama anggota Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN).
"Sesuai dengan komitmen kami terhadap nilai-nilai mendasar ASEAN, Thailand tidak akan mencampuri hubungan dalam negeri masing-masing negara anggota, dan kami tidak membiarkan Thailand dimanfaatkan oleh seseorang yang menentang pemerintah di negaranya," kata Prayuth
Baca juga: Pemimpin oposisi Kamboja katakan ia akan kembali pada Sabtu
"Saya telah membuat instruksi (untuk masalah kedatangan Sam Rainsy, red), jadi dia kemungkinan tidak diizinkan masuk ke Thailand," tambah dia.
Sam Rainsy merupakan salah satu pendiri Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) yang telah mengasingkan diri di Prancis sejak empat tahun lalu demi menghindari dugaan kasus pidana yang membuat dia harus membayar denda sebesar satu juta dolar AS.
Namun, setelah empat tahun di pengasingan, Rainsy berencana kembali ke tanah kelahirannya di Kamboja.
I will depart from Paris on Thursday November 7. I will arrive in Bangkok on Friday November 8 to be ready to enter #Cambodia on Saturday November 9. #SamRainsy pic.twitter.com/PrLNCxhpSa
— Rainsy Sam (@RainsySam) November 6, 2019
Oleh karena itu pada 30 Oktober, Rainsy mengirim surat permohonan ke PM Thailand Prayuth Chan-ocha untuk diizinkan mendarat di Bandara Internasional Suvarnabhumi pada 8 November, serta melanjutkan perjalanan darat dari Bangkok ke Aranyaprathet sampai akhirnya memasuki Kamboja melalui Poipet, wilayah perbatasan dua negara.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kamboja buka kembali jalur kereta ke Thailand setelah 45 tahun
Baca juga: PBB: Kamboja sasar 140 tokoh oposisi untuk dibungkam
Baca juga: Melintas batas Thailand-Kamboja dengan bus
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019