"Peluang tamatan sekolah pariwisata sangat terbuka untuk mengisi lowongan pekerjaan, karena semakin meningkatnya fasilitas sektor pariwisata, maka penyerapan tenaga kerja pariwisata akan semakin tinggi terserap," kata Giri Adnyani di sela acara Wisuda XXV Politeknik Pariwisata Bali di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Ia mengatakan lembaga pendidikan tinggi pariwisata yang semula bernama Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali ini mewisuda 541 orang lulusan dari 10 program studi jenjang S1, D4, dan D3.
Baca juga: Industri dan dinas pariwisata gencarkan promosi di WTM London
"Wisuda XXV ini terbilang istimewa karena wisuda ini merupakan yang pertama digelar setelah lembaga ini beralih status menjadi Politeknik Pariwisata," ujar Giri Adnyani didampingi Direktur Politeknik Pariwisata Bali Ida Bagus Putu Puja.
Dikatakan, alih status Iembaga STP Nusa Dua Bali menjadi Politeknik Pariwisata Bali diresmikan melalui terbitnya Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Pariwisata Bali.
Peralihan status ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) berdasarkan surat Nomor: B/872/M.KT.01/2019 tanggal 23 September 2019.
Sementara itu, Direktur Politeknik Pariwisata Bali Ida Bagus Putu Puja, menyampaikan bahwa terjadi peningkatan rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang dapat dicapai oleh wisudawan.
Baca juga: Pemkab Bogor gandeng milenial jual dan promosikan pariwisata
Ia mengatakan pada Wisuda XXV rata-rata IPK yang telah dicapai oleh lulusan adalah 3,56. Angka ini naik dari capaian Wisuda XIV (2018) yaitu 3,50. IPK tertinggi diraih oleh Pande Putu Wulandari dari Program Studi Manajemen Kepariwisataan (MKP) dengan IPK 3,90.
Peningkatan capaian IPK diharapkan berbanding lurus dengan peningkatan serapan lulusan dalam dunia kerja. Dari jumlah total wisudawan, 122 orang (22,55%) memiliki masa tunggu serapan nol bulan, yang berarti telah bekerja sebelum menyelesaikan studi. Selain itu 35 orang (6,48%) telah memiliki usaha sendiri (enterpreneur).
"Ditargetkan dalam waktu paling lama enam bulan setelah wisuda 100 persen para wisudawan telah terserap di dunia kerja," ujarnya.
Ida Bagus Puja meyakini target serapan lulusan akan tercapai karena Poltekpar Bali menerapkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan industri terkini. Sebagai nilai tambah, lulusan telah dibekali sertifikat kompetensi yang relevan.
Poltekpar Bali juga telah melengkapi kurikulumnya dengan program-program yang dapat memberikan keterampilan berwirausaha untuk lulusannya. Dengan keterampilan berwirausaha lulusan Poltekpar Bali memiliki daya saing lebih, karena tidak hanya mengandalkan rekrutmen tenaga kerja pada perusahaan namun juga dapat membuka lapangan kerja untuk dirinya sendiri dan masyarakat.
Baca juga: Konjen AS latih 80 pemangku kepentingan industri pariwisata di Bali
Lebih lanjut dikatakan Ida Bagus Puja, dalam peningkatan mutu lulusan, saat ini Poltekpar Bali telah menjalin kerjasama dengan Victoria University melaksanakan program "Associate Degree of Hospitality Management and Advance Diploma".
Melalui program ini, tujuh orang mahasiswa Poltekpar Bali telah berangkat ke Australia untuk menjalani program "Credit Earnings" selama 1,5 tahun, setelah sebelumnya menjalani pembelajaran di Poltekpar Bali selama 1,5 tahun untuk D3, dan 2,5 tahun untuk D4.
Selain pembelajaran formal, kata pria asal Ubud, Gianyar ini, bahwa mahasiswa juga memperoleh pengalaman pelatihan (training) di Australia selama 6 bulan.
"Mahasiswa akan memperoleh dua ijazah, yakni ijazah Poltekpar Bali dan ijazah Victoria University setelah berhasil menyelesaikan program. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan Poltekpar Bali," katar Ida Bagus Putu Puja.
Baca juga: Kementerian Pariwisata dukung Sumsel kembangkan wisata olahraga
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019