Sumatera Selatan kembali diselimuti asap

9 November 2019 11:14 WIB
Sumatera Selatan kembali diselimuti asap
Tampak kabut asap menyelimuti RSUP Muhammad Hoesin Palembang, Sabtu (9/11/2019). ANTARA/Aziz Munajar/am.

Peningkatan kabut asap sudah diprediksi karena wilayah-wilayah sumber kebakaran hutan dan lahan belum terpapar hujan yang signifikan

Kabut asap tipis hingga tebal kembali meliputi beberapa daerah di Sumsel terutama di Kota Palembang yang membuat warga terganggu dan khawatir kebakaran lahan tidak kunjung padam.

Pantauan ANTARA, Sabtu, kabut asap menyelimuti sebagian Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir, kabut asap mulai meningkat sejak Jumat seiring berkurangnya curah hujan.

"Peningkatan kabut asap sudah diprediksi karena wilayah-wilayah sumber kebakaran hutan dan lahan belum terpapar hujan yang signifikan," kata Kasi Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji.

Baca juga: Asap karhutla selimuti Kota Baturaja-Sumsel

Berdasarkan pantauan laman resmi LAPAN, setidaknya terdapat 256 titik panas (hotspot) terdeteksi di Wilayah Sumsel selama 24 jam terakhir (Jumat-Sabtu), 98 titik di antaranya memiliki tingkat kepercayaan 80 persen merata di Kabupaten OKI.

Akibat kabut asap meningkat, kualitas udara di Kota Palembang kembali memburuk berdasarkan laman resmi BMKG, indikator konsentrasi PM10 mencapai 225,99 mikrogram/meter pada pukul 08.00 WIB, kemudian meningkat lagi ke 276,54 mikrogram/meter pada pukul 09.00 WIB, keduanya berstatus tidak sehat.

Menurut dia untuk asap kiriman di Kota Palembang berasal dari wilayah Kayu Agung, Cengal dan Pematang Panggang Kabupaten OKI, sedangkan untuk daerah lainnya memang berdekatan dengan lokasi karhutla.

Namun BMKG memperkirakan kabut asap di Kota Palembang akan kembali berkurang karena adanya potensi hujan pada 9 hinngga 11 November 2019, hujan diakibatkan melemahnya Badai Tropis Halong.

"Melemahnya Badai Tropis Halong dan masuknya massa udara dari Laut Cina Selatan membuat kelembaban udara dan pasokan uap air cukup untuk pertumbuhan awan hujan," tambahnya.

Meski demikian kondisi tersebut bersifat fluktuaktif hingga aktifnya Monsoon Cina selatan atau Muson Barat dengan diiringi munculnya pusat tekanan rendah di belahan bumi selatan yang merupakan indikasi Musim Hujan di wilayah Sumsel.

Baca juga: BPBD Sumsel: 255.904 hektar lahan terbakar akibat karhutla
Baca juga: Status tanggap bencana karhutla Sumatera Selatan belum dicabut

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019