• Beranda
  • Berita
  • Penjualan ikan di Danau Siombak menurun akibat bangkai babi

Penjualan ikan di Danau Siombak menurun akibat bangkai babi

12 November 2019 19:08 WIB
Penjualan ikan di Danau Siombak menurun akibat bangkai babi
Para nelayan di Danau Siombak, Kecamatan Marelan, Medan, Sumatera Utara mengeluhkan penurunan penjualan ikan karena banyak bangkai babi dibuang ke danau. ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus/aa.

sampai ada yang buang bangkai babi lagi, enggak dipikirkan orang itu nelayan di sini

Ratusan bangkai babi yang berserakan di Danau Siombak, Kecamatan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara menyebabkan warga enggan membeli ikan hasil tangkapan dari  danau tersebut.
 
Berdasarkan keterangan seorang nelayan bernama Ishak, hampir dua pekan penjualannya menurun karena masyarakat enggan membeli ikan yang berasal dari Danau Siombak.
 
"Orang pada nanya ikannya darimana. Kalau mereka tau ikan dari Danau Siombak, pasti orang langsung enggak mau beli," katanya kepada ANTARA, Selasa.
Ia berharap, setelah dilakukan penguburan ratusan bangkai babi yang ada di Danau Siombak, penjualan ikan dapat kembali normal seperti biasanya.
 
"Semoga aja setelah dikubur ini bisa kayak dulu lagi penjualan kami. Janganlah sampai ada yang buang bangkai babi lagi, enggak dipikirkan orang itu nelayan di sini," ujarnya.
 
Selain Ishak, ada juga Rudi. Rudi mengaku pendapatan dari hasil penjualan ikannya turun hampir hampir 50 persen.
"Kalau dulu sebelum ada bangkai babi ini laris kali lah. Pembeli-pembeli ini malah suka kalau ikan dari Danau ini," ujarnya.
 
Diberitakan sebelumnya, kasus kematian babi akibat virus hog cholera atau kolera babi di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) tercatat sebanyak 5.800 ekor babi yang mati.
 
Sebanyak 11 Kabupaten/Kota yang terkena wabah virus hog cholera yaitu Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir.
 
Untuk di Danau Siombak, sebanyak 351 ekor bangkai babi yang ditemukan dan telah dikubur massal.
 
 
 

Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019