"Bagaimana menangani Papua, kita harus pakai smart power. Di dalamnya, ada soft dan hard," kata Herman Asaribab saat diskusi "Merajut Papua dalam Bingkai NKRI" di Universitas Indonesia, Jakarta, Selasa.
Hard power, kata dia, digunakan dalam pelaksanaan tugas secara tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Hard power itu oke, di dalam pelaksanaan tugas penindakan secara tegas sesuai dengan hukum positif tetapi soft power kita harus pakai. Bagaimana berbicara masuk lewat budaya, agama, dan kesejahteraan," katanya.
Baca juga: Pegunungan Arfak prioritas pembangunan infrastruktur telekomunikasi
Persoalan di Papua, kata Herman, juga tidak bisa ditangani begitu saja secara top down, tetapi harus diurai dan diselesaikan melalui langkah bottom up.
Menurut Bupati Puncak Willem Wandik, sebenarnya persoalan Papua bisa diurai dalam beberapa hal, pertama terkait dengan pentingnya pemahaman sejarah di kalangan generasi muda.
"Karena saya juga generasi muda. Jangan sampai ada cerita yang tertinggal soal (sejarah) Pepera sehingga dari generasi ke generasi yang akan datang tidak menjadi ganjalan," katanya.
Diakui Willem bahwa masih ada masyarakat Papua yang masih terbayangi trauma masa lalu ketika masa pemerintahan Orde Baru yang begitu represif dengan kekerasan aparat.
Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw yang juga hadir menyampaikan bahwa para pelaku kerusuhan sudah ditangkap dan diproses hukum.
Namun, kata dia, kepolisian terus mengusut jaringan yang terbangun sehingga bisa mengungkap aktor intelektual yang selama ini bermain membuat suasana rusuh di Papua.
"Ada skenario mereka buat sedemikian rupa cepat. Kami sedang mengungkap bagaimana jaringan yang mereka bangun. Apa mereka pribadi, kelompok saja, atau ada yang memainkan," kata Paulus.
Baca juga: Polri sebut Benny Wenda berperan dalam kericuhan di Jayapura
Diskusi itu juga menghadirkan Bupati Merauke Frederikus Gebze, politikus Papua Michael Manufandu, dan Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019