"Kita hanya ekspor saja, sekarang presiden perintahkan bikin hilirasi dan sekarang proses sedang berjalan," katanya dalam diskusi panel Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Menurut dia, salah satu produk yang membuat Indonesia menjadi pemain dalam tataran pasar global adalah hilirisasi nikel yakni produk baterai lithium.
Luhut memaparkan ekspor produk hilir nikel di Morowali, Sulawesi Tengah tahun lalu mencapai 5,8 miliar dolar AS dan tahun 2019 mencapai Rp9 miliar dolar AS.
Tahun depan, lanjut dia, nilai ekspor hilirisasi nikel diprediksi meningkat Rp13 miliar dolar AS dan hingga tahun 2024 nilai ekspor mencapai kisaran 30-35 miliar dolar AS.
Baca juga: Pengusaha masih punya kuota ekspor nikel 8 juta ton
Baca juga: Mendag : Ekspor nikel tetap dijalankan
Tahun 2030, lanjut dia, Eropa akan mengurangi 30 persen emisi karbon sehingga diprediksi industri otomotif akan banyak memerlukan baterai lithium yang diproduksi di Indonesia.
Apalagi, lanjut dia, pembatasan ekspor nikel akan membuat harga hilirisasi nikel itu akan semakin naik.
"Indonesia pertama kali nanti era ini masuk dalam 'global suplay chain' yang membuat Indonesia akan 'leading' dalam penyiapan baterai lithium karena kita punya barang ini semua," katanya.
Dalam kesempatan itu, Menko Luhut mendorong pemerintah daerah menyadari perubahan model bisnis saat ini yang banyak mengandalkan teknologi khususnya dalam hilirisasi sumber daya alam.
Dengan begitu, ekspor saat ini tidak harus dalam bahan mentah melainkan produk jadi yang bernilai tinggi sehingga Indonesia menjadi pemain dan penentu dalam pasar global.
"Saya harap bupati, walikota dan gubernur tolong perhatikan ini kalau tidak, kita dijajah teknologi. Model bisnis baru sekarang berubah," katanya.
Baca juga: Menko Kemaritiman Luhut cabut larangan ekspor bijih nikel
Baca juga: Harga nikel untuk pasar domestik disepakati 30 dolar per metrik ton
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019