"Pasti ada (alokasi dana dari APBN) tapi kita juga akan menjalin kerja sama dengan pihak lain supaya bandar antariksanya juga tidak nanggung skala kecil tapi juga skala besar," kata Bambang kepada ANTARA usai menghadiri seminar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Sebuah Keniscayaan di Fakultas MIPA Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu.
Menristek Bambang mengatakan kerja sama dengan pihak ketiga termasuk mitra internasional dapat dilakukan untuk mendukung pembiayaan pembangunan bandar antariksa yang membutuhkan dana yang besar. Mitra untuk proyek pembangunan bandar antariksa tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. "Mitra kombinasi dalam dan luar negeri, pastinya lebih banyak luar negeri, karena kan industri antariksa mulai berkembang tidak hanya di sektor publik atau pemerintah tapi juga di sektor swasta," ujarnya.
Terkait perkiraan besaran alokasi dana dari APBN, Menristek Bambang mengatakan perlu ada kajian lebih lanjut.
"Harus dilihat dulu skala apa yang mau dibuat. Pada intinya kita tidak hanya membatasi diri hanya untuk keperluan Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) untuk keperluan roket eksperimen tapi benar-benar menuju bandar antariksa," tuturnya.
Sebelumnya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sedang menjajaki kerja sama dengan pihak ketiga seperti yang berasal dari Jepang, China, Korea, India dan Rusia.
Lapan akan membangun dua jenis bandar antariksa di Indonesia yakni yang skala kecil dan skala besar.
"Kalau anggarannya terbatas seperti saat ini tentu tahapannya akan lebih lama tapi kalau kemudian nanti ada kemitraan internasional mungkin bisa dipercepat," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin. ***3***
Baca juga: Kembangkan bandar antariksa, Menristek buka semua opsi pendanaan
Baca juga: Wagub Papua dukung Biak diwacanakan sebagai Bandar Antariksa
Baca juga: LAPAN jajaki kerja sama internasional pembangunan Bandar Antariksa
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019