• Beranda
  • Berita
  • Pegiat Uighur seru pemimpin dunia hentikan China mata-matai minoritas

Pegiat Uighur seru pemimpin dunia hentikan China mata-matai minoritas

14 November 2019 10:06 WIB
Pegiat Uighur seru pemimpin dunia hentikan China mata-matai minoritas
Wisatawan domestik menawar beraneka ragam topi musim dingin khas suku Uighur yang terbuat dari kulit kambing di lapak penjual objek wisata kota lama Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China.
Para pemimpin dunia harus melakukan tindakan lebih keras mengenai cara China menggunakan pemantauan teknologi-canggih untuk mengawasi dan menindas etnik minoritasnya, demikian desakan seorang pegiat Uighur pada Kamis, setelah ibunya ditahan.

Ibu pegiat tersebut belakangan ditahan. Lebih dari satu juta orang Uighur dan Muslim lain telah ditahan di kompleks besar yang dibangun di Wilayah Xinjiang, bagian barat-laut China, sejak 2017, kata PBB.

Center for Strategis and International Studies, satu kelompok pemikir AS, mengatakan orang Uighur digunakan untuk kerja paksa.
Baca juga: Apple, Google ribut soal peretasan di komunitas Uighur

Beijing telah membantah pemerintah telah melakukan penganiayaan dan menyatakan lokasi tersebut adalah "pusat pelatihan ketrampilan", tapi mantan tahanan telah menggambarkan mereka diinterogasi, disiksa dan diindoktrinasi secara brutal.

Ferkat Jawdat (27), seorang insinyur perangkat lunak yang pindah ke Amerika Serikat pada 2011 bersama tiga saudaranya untuk bergabung dengan ayahnya, peralih kegiatan tahun lalu, setelah ayahnya --Minaiwaier Tuersun-- dikirim ke satu kamp.

Tujuh lagi anggota keluarganya juga telah ditahan.

Baca juga: AS batasi visa pemerintah China terkait perlakuannya terhadap Muslim

​​​​​​​

"Makin banyak kamp dibangun. Saya tidak melihat akhir dari apa yang terjadi pada rakyat kami," kata Jawdat, yang dijadwalkan berbicara dalam acara tahunan Thomson Reuters Foundations, Trust Conference, di London pada Kamis.

"Saya tahu itu takkan menghentikan ibu saya. Itu akan diperluas ke wilayah lain di China. Itu sebabnya mengapa saya memilih menjadi suara orang yang tak dapat bersuara," kata Jawdat sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.

Ia percaya banyak orang menjadi sasaran karena memiliki keluarga di luar China. Tak satu pun anggota keluarganya telah melakukan kejahatan dan tak ada alasan yang diberikan buat penahanan mereka, katanya.

Setelah ia mulai berbicara, ibunya dihukum tujuh tahun penjara, dan seorang bibi serta pamannya sampai delapan tahun.

Tapi ibunya sakit berat sehingga ia dikembalikan ke kamp. Ibunya dibebaskan pada Mei tapi masih berada di bawah pengawasan.

Baca juga: Sekjen PBB angkat isu Uighur Xinjiang saat lawatan ke China

"Telepon genggamnya dipantau sepanjang waktu, Semua yang kami katakan didengarkan," kata Jawdat.

Amerika Serikat pekan lalu menyatakan Washington sangat terganggu oleh laporan pemerintah China telah mengganggu atau menahan keluarga pegiat Uighur yang mengungkapkan kisah mereka secara terbuka.

Jawdat mengatakan juga ada bukti China menggunakan orang Uighur buat kerja paksa di pabrik di Xinjiang, yang memproduksi katun China.

Sumber: Reuters
​​​​​​​Baca juga: China Bantah Bunuh Tahanan Uighur

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019