"Untuk analisis dampak lingkungan, kita akan ada kerja sama dengan perguruan tinggi, yakni dengan Universitas Cenderawasih," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
LAPAN juga akan melibatkan pemerintah provinsi dan kabupaten dalam membuat kajian amdal. Menurut Thomas, pengkajian amdal untuk perencanaan pembangunan bandar antariksa di Pulau Biak akan dimulai 2020.
"Dalam satu tahun diharapkan sudah ada hasil (amdal) sehingga itu menjadi dasar untuk perencanaan," katanya.
Thomas mengatakan bahwa LAPAN sudah melakukan pembicaraan dengan Universitas Cenderawasih mengenai penyusunan kajian amdal untuk perencanaan pembangunan bandar antariksa Indonesia di Pulau Biak.
Kesepakatan kolaborasi kedua lembaga rencananya dikukuhkan dalam penandatangan nota kesepahaman pada 2020.
"Secara umum sudah dibicarakan nanti kemudian perjanjian kerja samanya akan menyusul tahun depan," kata Thomas.
LAPAN ingin sebelum 2024 bandar antariksa skala kecil di Pulau Biak sudah bisa dioperasikan, setidaknya untuk uji terbang roket bertingkat yang sedang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Roket LAPAN.
Selanjutnya, bandar antariksa berskala besar akan dibangun dengan kemitraan internasional untuk peluncuran roket nasional dan internasional dengan berbagai kelas.
Biak dipilih sebagai lokasi pembangunan bandar antariksa karena lokasinya sangat dekat dengan ekuator dan bagian timur wilayah timur Biak langsung menghadap ke Samudera Pasifik sehingga sangat ideal untuk peluncuran roket.
Baca juga:
LAPAN jajaki kerja sama internasional pembangunan bandar antariksa
LAPAN mulai kaji perencanaan pembangunan bandar antariksa pada 2020
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019