Komisi I DPR RI menekankan tentang pentingnya riset dan pengembangan dalam mengelola industri pertahanan dalam negeri."Paradigmanya harus holistik dan integratif, tidak bisa parsial lagi. Jika tidak, kita akan terus tertinggal, hanya menjadi pembeli, paling jauh menjadi pembuat, tanpa skema industri yang memadai. Karena itu, keseriusan kita pada riset dan developmen
"Paradigmanya harus holistik dan integratif, tidak bisa parsial lagi. Jika tidak, kita akan terus tertinggal, hanya menjadi pembeli, paling jauh menjadi pembuat, tanpa skema industri yang memadai. Karena itu, keseriusan kita pada riset dan development saya kira bisa menjadi awalannya," kata anggota Komisi I DPR RI Willy Aditya, saat melakukan kunjungan kerja di PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jumat.
Baca juga: Menhan optimis Indonesia miliki Indhan nasional kuat
Dalam siaran persnya, menurut dia, industri pertahanan nasional membutuhkan paradigma baru dan tidak bisa hanya berkutat dalam urusan pemenuhan kebutuhan pertahanan semata, namun harus mulai masuk ke tahap yang lebih strategis.
Menurut Willy, pengembangan industri pertahanan bisa dimulai dari membangun kemampuan SDM, penguasaan teknologi, sehingga memproduksi senjata, kendaraan, dan alat bisa dilakukan secara mandiri. "Sebab jika kita tidak mengambil langkah untuk memulai, maka selamanya kita tidak akan punya nilai tawar terhadap negara lain," kata politisi Partai NasDem ini.
Dia menjelaskan, kekuatan pertahanan negara-negara di dunia saat ini tidak sekadar didukung oleh "man power" atau personel militer aktif yang besar secara kuantitas, namun ketersediaan dan kemampuan teknologi yang canggih.
"Nah, salah satu mekanisme penguasaan teknologi pertahanan ini tentunya adalah melalui riset yang komprehensif," ujar Willy.
Baca juga: Wamenhan: Industri strategis perlu kembangkan pertahanan siber
Riset yang komprehensif, ujar dia, adalah riset yang dilakukan dalam rangka mengembangkan industri pertahanan yang integratif. Artinya, industri pertahanan nasional tidak hanya bertumpu pada sektor manufaktur dalam hal ini PT Pindad.
Namun, kata dia, juga harus terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya, seperti industri penerbangan, telekomunikasi, industri kapal, hingga industri pengembangan teknologi nuklir.
"Dengan skema yang demikian, industri pertahanan kita menjadi integratif. Integratif baik dalam skema industrinya, terlebih lagi dalam tujuan nasionalnya. Jadi sektor telekomunikasi, penerbangan, laut, dan sektor-sektor terkait lainnya, disatukan oleh kepentingan nasional. Jika ini terjadi, saya kira kita bisa menjadi negara adidaya ketiga," katanya pula.
Ia menambahkan, untuk menuju ke arah sana, memang diperlukan upaya lebih. Tidak hanya payung hukum yang belum ada, tetapi kesadaran semua pihak terkait juga menjadi sangat penting.
"Saya berharap kesadaran ini tidak hanya ada dalam kepala saya, melainkan juga teman-teman yang lain, sehingga dalam upaya merealisasikannya tidak terlalu sulit. Saya berharap ini bukan hanya mimpi saya seorang," kata Willy.
Baca juga: Kawasan industri pertahanan di Lampung dikaji
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019