"Tim patroli kami bergegas ke sana setelah dikabari oleh para nelayan yang sedang berada di lautan bahwa sebuah perahu akan tenggelam karena masalah teknis," kata Letnan Komandan Saiful Islam kepada Reuters, Jumat.
Baca juga: Menlu RI: Situasi keamanan tantangan utama repatriasi Rohingya
Dari perahu nahas itu, tim penjaga pantai menyelamatkan 58 perempuan, 47 pria dan 17 anak-anak.
"Sepanjang tahun ini, polisi dan penjaga pantai Bangladesh sudah mencegah lebih dari 500 pengungsi Rohingya diperdagangkan ke Malaysia."
Para pengungsi itu selama ini menempuh perjalanan berbahaya guna mencari penghidupan lebih baik dibandingkan dengan keadaan di kamp-kamp Bangladesh, yang sudah terlalu disesaki pengungsi.
Para warga Muslim tersebut pergi menyelamatkan diri ke Bangladesh karena rangkaian aksi penindakan oleh militer Myanmar pada 2017.
Baca juga: Bangladesh akan pindahkan pengungsi Rohingya ke pulau rawan banjir
Myanmar, negara berpenduduk mayoritas penganut Buddha, selama ini menolak tuduhan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa militer negaranya melancarkan serangan tersebut terhadap kalangan warga Rohingya dengan niat melakukan pembasmian etnik.
Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya telah menyetujui tuntutan untuk menggelar penyelidikan kejahatan terhadap kemanusiaan selama serangan militer tersebut berlangsung.
Baca juga: Bangladesh upayakan pertanggungjawaban dalam kasus Rohingya
Menurut badan pengungsi PBB, pergerakan warga Rohingya di lautan dari Bangladesh dan Myanmar sudah mulai kembali setelah berhenti selama dua tahun pada 2016 dan 2017. Dalam sebagian besar kasus, orang-orang Rohingya itu berlayar ke Malaysia dan Thailand dengan menggunakan perahu-perahu reyot yang disediakan oleh para oknum perdagangan manusia.
Di Malaysia, yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim, jumlah pengungsi Rohingnya tercatat lebih dari 100.000 orang.
Sumber: Reuters
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019