• Beranda
  • Berita
  • "A Taste of Indonesia" hadir di Lewis School Wales

"A Taste of Indonesia" hadir di Lewis School Wales

17 November 2019 14:25 WIB
"A Taste of Indonesia" hadir di Lewis School Wales
Siswa Sekolah Lewis Pengam di Wales Selatan mengelar pertunjukan musik dan tari berkolaborasi dengan siswa Indonesia. Mereka menampilkan tari Merak, Jaipongan “Mojang Priangan”, Tari Topeng dan Rampal Kendang dengan iringan musik gabung Gamelan dan Hip hop, digelar gedung sekolah Lewis School, Boys, Sabtu siang. (KBRI)
Siswa Sekolah Lewis Pengam di Wales Selatan mengelar pertunjukan budaya berupa musik dan tari yang berkolaborasi dengan siswa Indonesia di gedung sekolah Lewis School, Boys, Sabtu (16/11) siang waktu setempat.

Mereka menampilkan tari Merak, Jaipongan “Mojang Priangan”, Tari Topeng dan Rampal Kendang dengan iringan musik gabungan Gamelan dan Hip hop.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Profesor E. Aminudin Aziz kepada Antara London, Minggu, mengatakan beberapa projek bersama antara siswa SMKN 10 Bandung dengan Lewis School, Pengam, merupakan pertunjukan menarik.

Penampilan kedua siswa sekolah dilakukan setelah 14 siswa Sekolah Kejuruan Musik dan Tari (SMK) Negeri 10 Bandung, Jawa Barat, mengikuti program residensi siswa dengan Lewis School - Boys in Pengam, Wales Selatan, selama sepekan.

Dubes Indonesia di London, Dr Rizal Sukma mengatakan pagelaran kali ini  mengejutkan penonton dengan sajian yang  berbeda dari biasanya. "Tampak sekali kesungguhan para siawa dari kedua sekolah untuk saling belajar dan menyajikannya menjadi sesuatu yang sangat menarik," ujarnya.

Baca juga: Toraya Mangkasara juara kedua kompetisi tari dunia

Baca juga: Tarian Indonesia pukau pengunjung Festival Pakaradyan di Filipina


Siswa Lewis School berkolaborasi dengan siswa SMKN 10 Bandung juga menampilkan komposisi lagu baru dalam dua bahasa dengan tema kebersamaan dan kerja sama.

Musik pengiring adalah kombinasi musik khas Jawa Barat dan musik Barat yang berhasil menarik perhatian penonton. Dua komposisi dibuat bersama kedua kelompok siswa tersebut mengiiringi tarian yang juga dibuat pada saat program dilaksanakan

Program residensi Peer Residency ingin mengekspos siswa Indonesia ke komunitas global, terutama di Inggris dengan menghadirkan keterampilan dalam musik dan tarian.

Program ini bertujuan untuk saling bertukar keterampilan, dan keahlian dari kedua belah pihak, yaitu siswa dan guru dapat saling belajar melalui lokakarya dan pertunjukan.     

Ketua Program Wales, Jera Creative Agency, Cynthia Langeveldt mengatakan. "suatu kehormatan dapat bekerja sama dengan Kedutaan Indonesia dan menjalankan program semacam itu untuk pertama kalinya bersama siswa dari Bandung di Wales yang fokus pada keragaman dan inklusi di tingkat akar rumput, melalui musik dan tarian."

Baca juga: Tarian khas Indonesia warnai resepsi diplomatik KJRI Istanbul

Baca juga: Indonesia Menari 2019 sambangi Kota Palembang


Sedangkan Ketua Tim Keragaman dan Inklusi Gwent Police mendukung program residensi budaya ini dan mengharapkan dukungan karena melibatkan berbagai komunitas.

“Kami menyambut siswa Indonesia dan berharap mereka akan menikmati pengalaman budaya mereka," ujar Gareth Hughes, Kepala Keragaman dan Inklusi Gwent Police.

Proyek ini mengikuti keberhasilan yang serupa di tahun 2018, saat Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London membawa 18 siswa dan guru dari Sekolah Kejuruan Musik dan Tari (SMK Negeri 1) Kasihan, Bantul Yogyakarta.

Selama tinggal di Inggris, mereka mempunyai proyek bersama termasuk komposisi tari dan musik, boneka, dan pertunjukan.

Tahun ini, mitra institusional berubah dan diperpanjang. Mitra Indonesia berasal dari Sekolah Menengah Musik dan Tari (SMK) Negeri 10 Bandung, Jawa Barat.

Mitra UK memperluas, tidak hanya melibatkan Sekolah Musik Havering, tetapi juga Sekolah Internasional ACS, Cobham, Pusat Seni Riverside Barn, Surrey, dan Sekolah Lewis, Pengam, Wales. Hal ini menunjulan tanda yang  proyek ini diterima dengan baik.

SMKN 10 Bandung dipilih karena keunikan pada keterampilan yang diajarkan kepada siswa. Mereka menikmati sejarah panjang sebagai satu-satunya konservatori musik dan tarian Sunda, dan sekolah menjadi pusat pengembangan musik dan tarian tradisional dari wilayah di mana mereka telah mendapatkan pengakuan dan prestasi nasional dan internasional.

Musik dan tarian Sunda tidak begitu populer di Inggris. Berbeda dengan gamelan Jawa dan Bali, hanya sedikit aktivis seni dan musik Sunda yang ditemukan di Inggris. Oleh karena itu, perkenalan seni, musik, dan tarian Sunda dinilai sangat relevan.

Lewis School Pengam dipilih oleh Gwent Police - Diversity and Inclusion Team dan Jera Creative menjadi tuan rumah bagi siswa dari Indonesia  berdasarkan hasil keragaman bakat yang mereka lihat.

Peserta dari Inggris pada khususnya akan dapat memahami lebih baik tentang teknik bermain gamelan, tarian tradisional, dan pertunjukan wayang kayu dari Jawa Barat. Peserta Jawa Barat pada gilirannya akan dapat memahami komposisi lirik sebagai proyek bersama; peserta dari kedua belah pihak akan dapat meningkatkan apresiasi terhadap budaya masing-masing sehingga mereka dapat saling menghormati.

Baca juga: Kiny Cultura-GCN suguhkan tarian Indonesia ke empat negara

Baca juga: Gamelan iringi lagu Yunani pada Malam Budaya Indonesia di Athena

Baca juga: Tari Jaipong jadi ekstrakurikuler SMA di Beijing

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019