"Menurut saya, salah satu upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk menanggulangi aksi-aksi radikalisme adalah dengan memperbaiki iklim kehidupan masyarakat agar tidak terpuruk," kata dia, di Kupang, Senin.
Ia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan aksi bom bunuh diri di Medan, dan upaya yang mesti dilakukan pemerintah untuk mencegah aksi serupa.
Menurut Atang, kejadian ini menunjukkan ancaman terorisme sangat nyata, dan dapat muncul sewaktu-waktu tanpa diduga kapan dan dimana.
Kerja-kerja intelejen dan aparat Densus 88 telah melakukan deteksi dini, menyisir kantong-kantor yang diduga menjadi tempat persembunyian pelaku teroris, namun aksi teror terus menghantui publik yang tidak berdosa.
Baca juga: Akademisi: Penguatan Pancasila mampu cegah radikalisme
"Dalam banyak kasus terorisme, selalu muncul bersamaan dengan gerakan radikalisme, dan radikalisme akan tumbuh apabila terjadi keterpurukan sistem ekonomi, politik dan sosial suatu negara," katanya.
Oleh karena itu, upaya untuk menanggulangi aksi-aksi terorisme adalah dengan memperbaiki iklim kehidupan masyarakat agar tidak terpuruk.
"Masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, pendidikan masyarakat mesti menjadi konsen negara untuk memperbaikinya," kata mantan Pembantu Rektor I UMK itu.
Baca juga: Akademisi sebut radikalisme ancaman nyata
Dia mengatakan, terorisme tidak selamanya termotivasi oleh agama semata-mata, namun boleh jadi sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat.
Fenomena ini mesti membuka mata negara, bahwa terorisme muncul bukan tanpa sebab dan bukan juga secara tiba-tiba, namun ada faktor ikutan.
Karena itu, memerangi radikalisme/terorisme tidak hanya melalui pendekatan keamanan (security aproach) saja, akan tetapi dalam jangka panjang adalah perbaikan kehidupan masyarakat yang lebih baik, kata dia.
Baca juga: Penggiat ingatkan hati-hati intoleran bisa naik level radikal
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019