• Beranda
  • Berita
  • Akademisi sebut konsumsi baja RI masih rendah di kawasan Asia

Akademisi sebut konsumsi baja RI masih rendah di kawasan Asia

18 November 2019 22:44 WIB
Akademisi sebut konsumsi baja RI masih rendah di kawasan Asia
Guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Iswandi Imran dalam acara temu pelanggan PT Krakatau Posco di Jakarta, Senin (18/11/2019). ANTARA/ Zubi Mahrofi.

Sebagai perencana konstruksi sebaiknya memperhatikan juga material yang ada di lokal

Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Iswandi Imran mengemukakan bahwa konsumsi baja Indonesia relatif masih rendah di kawasan Asia.

"Konsumsi baja per kapita di Indonesia termasuk terendah di Asia, hanya 52 kilo gram per kapita, sebagai pembanding Filipina 94 kg, Thailand 239 kg, Malaysia 299kg, Singapura 488 kg dan Korsel 1,1 ton per kapita," papar Iswandi Imran dalam sambutan temu pelanggan PT Krakatau Posco di Jakarta, Senin.

Menurut dia, konstruksi baja di Indonesia relatif belum sepopuler konstruksi beton. Padahal, banyak keuntungan yang dapat diperoleh biIa menggunakan bahan baja sebagai bahan konstruksi.

"Kalaupun baja dipakai untuk konstruksi lebih banyak untuk hal-hal yang memang sudah tidak bisa ditangani lagi dengan material lain," katanya.

Baca juga: Krakatau Posco akui 2019 jadi tahun menantang bagi industri baja

Ia menambahkan pemakaian baja untuk konstruksi juga masih dianggap mahal, sehingga baja di Indonesia hanya diaplikasikan pada hal tertentu.

"Sebagai perencana konstruksi sebaiknya memperhatikan juga material yang ada di lokal, kalau tidak memperhatikan itu maka ujungnya juga harus impor untuk mendapatkan material sesuai desain, bisa jadi lebih mahal," katanya.

Maka itu, lanjut dia, perencana konstruksi harus aktif mencari informasi segala material yang tersedia di dalam negeri, sementara produsen baja juga harus aktif melakukan pemasaran.

Baca juga: Perusahaan baja China rencana bangun pabrik di Tarakan

"Salah satunya keuntungan menggunakan baja adalah kecepatan waktu konstruksi. Selain itu, beban ke fondasi lebih ringan sehingga bisa dipakai untuk jangka panjang," katanya.

Kendati demikian, Iswandi Imran mengatakan bahwa industri baja di Indonesia masih menjanjikan pertumbuhan. Hal itu terlihat dari program pemerintah yang tetap fokus pada pembangunan infrastruktur.

"Program pemerintah yang tetap fokus pada pembangunan infrastruktur merupakan peluang untuk memperluas penerapan konstruksi baja di Indonesia. Misal, rencana pembangunan jalan tol sepanjang 2.500 km untuk lima tahun kedepan, yang sebagiannya dalam bentuk struktur elevated," katanya.

Baca juga: Luhut minta keringanan bea masuk produk baja Indonesia ke China
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019