"Paling sederhana saja. Keluarga, di rumah, punya falsafah keluarganya masing-masing, dengan nilai, dan sebagainya. Di situlah, keluarga tumbuh dan besar," katanya, di Jakarta, Senin malam.
Baca juga: Basarah: Pancasila harus dimasukkan lagi jadi pelajaran wajib
Baca juga: Pimpinan MPR: Indonesia darurat ideologi transnasional
Hal tersebut disampaikannya saat Pembekalan Materi Pendidikan dan Pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Penceramah, Pengajar, dan Pemerhati, yang digelar BPIP, di Hotel Borobudur, Jakarta.
Sama juga dengan keluarga, Basarah menjelaskan bahwa bangsa Indonesia tidak akan mungkin menjadi bangsa yang besar kalau menjiplak falsafah bangsa lain.
"Karena budaya bangsa lain belum tentu sama dengan sejarah bangsa Indonesia, dengan budayanya, adat istiadatnya. Sebuah bangsa di dunia hanya akan menjadi bangsa yang besar ketika berpegang teguh dengan falsafahnya sendiri," katanya.
Bagi politikus PDI Perjuangan itu, Pancasila merupakan ideologi yang terbaik dan paling cocok bagi bangsa Indonesia.
Sebab, kata dia, Pancasila bukan hanya membebaskan bangsa Indonesia dari kolonialisme, tetapi juga mempersatukan bangsa.
"Apakah kemudian kita mau bereksperimen dengan mencoba ideologi-ideologi milik bangsa lain? Dalam catatan saya, tidak ada bangsa yang menjadi besar ketika bangsa itu menjiplak falsafah bangsa lain," katanya.
Amerika, kata Basarah, menjadi besar karena memegang teguh falsafah bangsanya, China yang kini menuju sebagai raksasa ekonomi dunia karena berpegang teguh pada falsafah bangsanya sendiri, demikian pula Jerman, maupun Jepang.
"Bangsa Indonesia enggak akan jadi bangsa besar kalau kita menjiplak bangsa Arab, Amerika, atau China. Kita bisa besar kalau bisa pedomani ideologi sendiri, yakni Pancasila," katanya.
Baca juga: Upaya BPIP bumikan Pancasila melalui "Lapak Gotong Royong"
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019