Komisioner Kredivo Umang Rustagi menilai kolaborasi antara perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech) dan perbankan akan semakin mempermudah masyarakat yang selama ini belum mendapatkan akses keuangan.Melalui kolaborasi yang terjalin, baik fintech dan perbankan dapat lebih memperkuat dan memaksimalkan perannya
"Melalui kolaborasi yang terjalin, baik fintech dan perbankan dapat lebih memperkuat dan memaksimalkan perannya dalam memperluas akses keuangan bagi masyarakat," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Umang, kehadiran teknologi akan membawa perubahan bagi lanskap bisnis di sektor keuangan saat ini. Pelaku di sektor keuangan pun semakin dituntut untuk mampu memberikan layanan dan produk keuangan yang inovatif, efisien, cepat, mudah, dan memberikan banyak pilihan bagi masyarakat.
"Melalui adanya kolaborasi yang sejalan antara fintech dan perbankan dengan berorientasi pada peningkatan ekonomi masyarakat akan menciptakan iklim sektor keuangan Indonesia yang kondusif," katanya.
Baca juga: OJK ungkap 1.000 lebih layanan teknologi finansial ilegal ditutup
Laporan E-Conomy SEA 2019 yang dilakukan Google dan Temasek pada akhir 2019 menyebut bahwa di Indonesia masih terdapat 92 juta jiwa penduduk dewasa yang belum tersentuh layanan finansial atau perbankan.
Jumlah tersebut lebih dari separuh total penduduk dewasa Indonesia yang mencapai 182 juta jiwa.
Dalam kondisi tersebut, kehadiran fintech yang semakin menjamur di Indonesia saat ini tampaknya menjadi angin segar dalam mendukung literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, mengingat peranannya dalam memberikan kemudahan akses keuangan lewat pemanfaatan teknologi.
Bahkan, eksistensi fintech saat ini mampu turut menggerakkan roda perekonomian negara.
Hasil riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) dan Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) yang dilakukan akhir 2019 ini menyebut bahwa perusahaan fintech lending diproyeksikan berkontribusi Rp100 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2020. Prediksi itu naik hampir empat kali lipat dibanding 2018, yang berada di angka Rp25,97 triliun.
Cepatnya penetrasi pasar yang mampu dilakukan fintech lantas membuat para pelaku fintech semakin mantap untuk memperkuat ekspansi bisnisnya guna memberikan dampak lebih luas bagi sektor keuangan di Indonesia.
Hal tersebut turut mencuri perhatian dari berbagai investor, termasuk para pelaku di sektor keuangan seperti perbankan konvensional yang turut menyalurkan dananya dan berkolaborasi dengan pelaku fintech.
Bahkan, para ekonom memprediksi bahwa tren kolaborasi antara pelaku fintech dan perbankan konvensional di Indonesia akan semakin berkembang karena dapat saling menguntungkan satu sama lain.
Umang menambahkan disrupsi di sektor keuangan dapat diimbangi dengan meningkatkan kolaborasi industri melalui produk dan layanan inovatif.
"Kolaborasi antarbank dan pelaku fintech dalam bentuk apapun dapat memberi manfaat bagi kedua belah pihak, karena mampu mempertahankan pertumbuhan pangsa pasar jangka panjang, menjangkau basis konsumen lebih luas, meningkatkan pengalaman serta kepuasan konsumen, serta yang terpenting turut kontribusi pada peningkatan roda perekonomian negara," ujar Umang.
Baca juga: AFPI: Palapa Ring mudahkan peminjaman "fintech" di daerah terpencil
Baca juga: Gubernur NTT harapkan layanan "fintech" jangkau semua sektor unggulan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019