Baca juga: Polisi Nikaragua tuding pedemo antipemerintah rencanakan terorisme
Demonstrasi besar-besaran tahun lalu menewaskan 300 orang. Sejumlah protes - termasuk dua aksi mogok makan para ibu dari pegiat yang ditahan - mulai bangkit kembali dalam beberapa hari belakangan, menyebabkan bentrokan dengan pendukung Ortega serta penangkapan.
Laporan komisi OAS yang berbasis di Washington itu muncul menyusul kecaman PBB sebelumnya di hari penangkapan 16 pengunjuk rasa antipemerintah atas tuduhan, yang katanya "dibuat-buat."
OAS merekomendasikan sidang khusus majelis umum segera untuk meninjau urusan di negara tersebut.
"Jelas bahwa Nikaragua mengalami situasi HAM yang kritis, yang mendadak menuntut perhatian komunitas Inter-Amerika serta dunia," kata OAS.
Pemerintah Nikaragua tidak langsung menanggapi permintaan berkomentar. Mereka sebelumnya menolak pembentukan komisi OAS, yang dianggapnya upaya untuk mencampuri urusan dalam negeri mereka.
Senin lalu otoritas Nikaragua mengatakan 16 tahanan itu diduga merencanakan serangan teroris di negara Amerika Tengah tersebut.
Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk HAM di Jenewa, Rupert Colville, mengatakan kepada wartawan bahwa penangkapan itu tampak seperti upaya untuk membungkam kritikan terhadap pemerintah.
"Kami sangat prihatin bahwa tuduhan mengada-ada ini mungkin merupakan upaya baru untuk meredam perbedaan pendapat," kata Colville.
Sumber: Reuters
Baca juga: Polisi Nikaragua tangkap 13 lawan Presiden Ortega
Baca juga: Pemerintah Nikaragua kecam 'kudeta' BolivIa
Baca juga: Oposisi Nikaragua bertanggung jawab atas 'aksi militer' pascaledakan
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019