"Konsumsi gizi seimbang sesuai dengan anjuran 'Isi Piringku' bagi anak 4-6 tahun harus dilakukan untuk memastikan anak memiliki tumbuh kembang sesuai dengan usianya," kata dr. Dian Kusumadewi, M.Gizi dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI di Jakarta, Kamis.
Menurut Dian periode emas tumbuh kembang anak-anak ada dalam rentang 1000 Hari Pertama Kehidupan. Namun, kebiasaan konsumsi gizi yang baik perlu dipertahankan bahkan saat anak sudah menginjak usia 4-6 tahun.
Gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral memiliki fungsi tersendiri dalam metabolisme dan kesehatan anak, sehingga harus dikonsumsi secara seimbang menurut jenis, jumlah, dan jadwal pemberiannya.
"Selain itu, mereka dianjurkan untuk mengonsumsi 8 gelas air, beraktivitas fisik, dan melakukan pemantauan pertumbuhan,” ujar Dian.
Untuk memastikan hal tersebut, pola asuh yang baik perlu diterapkan sejak dini oleh orang dewasa yang sehari-harinya bertemu dengan anak.
Sedangkan Endang, salah satu guru PAUD dari Kelapa Gading yang mengikuti Pelatihan Isi Piringku 4-6 Tahun menuturkan, dalam menghadapi era globalisasi, banyak orang tua murid yang belum mengetahui panduan gizi seimbang.
"Buktinya, masih banyak anak yang membawa makanan cepat saji (junk food) sebagai bekal dengan alasan orang tua tidak memiliki waktu luang,” ujar dia.
Wakil Walikota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim, menyambut baik edukasi ini. Menurut dia peningkatan kesehatan anak terutama balita memerlukan kerjasama berkelanjutan dari berbagai pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta.
"Intervensi tahap awal berupa edukasi gizi dalam pendidikan anak balita sangat penting, terutama ketika anak sudah mulai mengenal dan memilih makanan sendiri. Kami berharap kegiatan ini dapat disebarluaskan di masyarakat, masuk ke kurikulum untuk mewujudkan PAUD beriorientasi kesehatan," ujar Ali.
Kegiatan yang diselenggarakan melalui kerja sama dengan Danone Indonesia ini merupakan upaya memerangi gizi kurang untuk anak-anak. Data menunjukkan 17,7% balita di Indonesia masih mengalami gizi kurang dan gizi buruk, hingga 30,8% terindikasi stunting .
Diluar itu, sekitar 55% balita mengalami kekurangan energi , dan lebih dari 80% anak usia 4-12 tahun kekurangan EPA+DHA .
Di Jakarta Utara sendiri, terdapat penurunan angka gizi buruk di 6 kecamatan dari 194 anak di tahun 2017 menjadi 34 anak pada tahun 2018.
Masih ditemukannya kasus gizi buruk di Jakarta Utara disebabkan oleh beberapa hal mulai dari kekurangan akses pangan bergizi, ketidaktahuan mengenai gizi, hingga kurangnya akses air bersih, sanitasi, dan perilaku hidup bersih sehat.
Baca juga: Kasus gizi buruk di perbatasan RI-Timor Leste didata Yonif 142/KJ
Baca juga: Studi: pola makan buruk bisa sebabkan kebutaan
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019