• Beranda
  • Berita
  • Dolar AS menguat, di topang risalah pertemuan Federal Reserve

Dolar AS menguat, di topang risalah pertemuan Federal Reserve

22 November 2019 05:24 WIB
Dolar AS menguat, di topang risalah pertemuan Federal Reserve
Mata uang dolar Amerika Serikat. ANTARA/Shutterstock/pri.

Penurunan ini didorong oleh kelemahan dalam pesanan baru untuk manufaktur, rata-rata jam kerja mingguan, dan klaim asuransi pengangguran

Kurs dolar AS sedikit menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena para investor mempertimbangkan sejumlah rilis data ekonomi yang beragam.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,07 persen menjadi 97,9964 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1059 dolar AS dari 1,1069 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2989 dolar AS dari 1,2920 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,6784 dolar AS dari 0,6795 dolar AS.

Dolar AS dibeli 108,63 yen Jepang, lebih tinggi dari 108,62 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9931 franc Swiss dari 0,9913 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3277 dolar Kanada dari 1,3311 dolar Kanada.

Di bidang ekonomi, klaim pengangguran awal AS, atau jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran, tercatat 227.000, tidak berubah dari tingkat direvisi pekan sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Kamis (21/11/2019).

Sementara itu, indeks ekonomi utama untuk Amerika Serikat turun 0,1 persen pada Oktober menjadi 111,7, menyusul penurunan 0,2 persen pada September dan Agustus, menurut laporan oleh lembaga riset swasta The Conference Board.

"Penurunan ini didorong oleh kelemahan dalam pesanan baru untuk manufaktur, rata-rata jam kerja mingguan, dan klaim asuransi pengangguran," kata Ataman Ozyildirim, analis senior di The Conference Board.

Dolar AS juga masih mendapat dukungan dari rilis risalah pertemuan Oktober Federal Reserve (Fed) AS pada Rabu (20/11/2019), yang menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak perlu memangkas suku bunga sekali lagi kecuali ada "penilaian ulang material dari prospek ekonomi."

"Semua peserta menilai bahwa suku bunga negatif saat ini tampaknya tidak menjadi alat kebijakan moneter yang menarik di Amerika Serikat," Federal Reserve menambahkan dalam risalahnya.

Baca juga: Harga emas jatuh di atas 10 dolar, tertekan penguatan "greenback"

Baca juga: Bursa saham Inggris rontok, Indeks FTSE-100 ditutup turun 0,33 persen


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019