Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan produk inkubasi dari lembaga penelitian pemerintah memiliki kesempatan menjadi subtitusi impor.Kami melihat masih ada kendala untuk standardisasi
"Saya lihat banyak sekali start up muda maupun yang bersemangat muda yang berupaya selalu mengembangkan teknologi. Jadi mereka tidak berhenti hanya sebagai pemakai teknologi tapi berusaha mengeksplor teknologi yang mereka kuasai untuk menghasilkan temuan yang bisa menjadi subtitusi impor," ujar Bambang usai melakukan kunjungan ke Technology Business Incubation Center Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di Gunung Sindur, Bogor pada Jumat.
Produk-produk atau inovasi yang dihasilkan oleh pusat inkubasi itu, menurut mantan kepala Bappenas tersebut, bisa menjadi senjata untuk mengurangi ketergantungan impor.
Baca juga: Demi "Indonesia Science Techno Park", Puspitek direvitalisasi
Baca juga: Kapuspitek yakin generasi milenial Qurani bisa lewati gelombang disrupsi
Yang jadi permasalahan, ujar dia, adalah proses sertifikasi produk yang masih baru serta perizinan untuk produk makanan serta minuman.
"Kami melihat masih ada kendala untuk standardisasi di mana kami akan bicara dengan BSN (Badan Standardisasi Nasional) untuk bisa mempercepat standarisasi produk-produk yang masih baru sama sekali," ujar Bambang.
Selain dengan BSN, untuk produk makanan dan minuman rencananya dia juga akan berbicara dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), menurut Bambang.
Selain mengunjungi pusat inkubasi, Menristek/Kepala BRIN juga melihat fasilitas-fasilitas Pusat Penelitian Kimia dan Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang terdapat di kompleks Puspitek tersebut.
Baca juga: LIPI perkuat infrastruktur mutu dengan metrologi kimia
Baca juga: Menristek dorong hasil riset perguruan tinggi masuk inkubasi
Baca juga: Kemenperin lanjutkan kembangkan inkubasi bisnis rintisan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019