Sebanyak 36 relawan Palang Merah Indonesia (PMI) dari enam kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengikuti pelatihan hunian sementara yang aman untuk korban bencana khususnya saat kondisi tanggap darurat dan pemulihan pascabencana.
"Pelatihan ini untuk meningkatkan kemampuan relawan dalam memberikan pertolongan dan pelayanan kemanusiaan serta keamanan bagi korban selamat dari bencana maupun relawan sendiri yang bertugas," kata salah seorang fasilitator pelatihan yang juga Koordinator Lapangan Kebencanaan PMI Lombok Timur Ahyanto melalui sambungan telepon, Jumat.
Menurutnya, pelatihan ini dirancang berdasarkan pengalaman kebencanaan yang pernah terjadi di Indonesia. Istimewanya dari kegiatan ini sekarang pihaknya juga menambah materi muatan lokal yang disesuaikan juga dengan kearifan lokal masing-masing daerah.
Adapun materi muatan lokal yang dilaksanakan pada pelatihan ini seperti pembuatan batako dan memasang pasak dalam mendirikan hunian aman. Peserta pelatihan juga diwajibkan melakukan praktik lapangan seperti membuat hunian aman ramah gempa pascapemulihan dengan menggunakan batako dan pasak.
Baca juga: PMI menggelar pelatihan pembuatan hunian aman gempa
Baca juga: PMI membangun 20 tempat MCK di lokasi terdampak bencana gempa Lombok
Selain itu, peserta juga langsung dilatih bagaimana menghadapi masyarakat yang mengalami trauma akibat bencana yang menderanya. Peserta yang mengikuti pelatihan ini mendapatkan bimbingan dari delapan fasilitator yang sudah terlatih dalam tanggap darurat bencana yang salah satunya dari Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Dalam pelatihan ini setiap relawan dihadapkan langsung seperti kondisi saat terjadi bencana sehingga, pada saat melakukan simulasi terlihat lebih nyata. Langkah ini dilakukan agar peserta yang mengikuti pelatihan tersebut tidak main-main karena berkaitan dengan harkat hidup manusia (korban bencana).
Baca juga: PMI NTB bentuk relawan Sibat di desa terdampak bencana gempa bumi
Baca juga: PMI NTB mendistribusikan ribuan solar lamp untuk masyarakat rentan
"Kami ingin memastikan relawan bisa meningkat ketrampilan dan pengetahuannya karena, mereka merupakan salah satu garda terdepan dalam memberikan layanan dan pertolongan kemanusiaan kepada masyarakat yang terdampak bencana," tambahnya.
Ahyanto mengatakan relawan yang diterjunkan dalam aksi kemanusiaan dituntut mengikuti pedoman dan prinsip dasar gerakan Palang dan Bulan Sabit Merah Internasional.
Salah seorang peserta yang merupakan relawan PMI Kabupaten Lombok Timur Kusumahadiwijaya mengatakan selama enam hari dirinya mengikuti pelatihan dan praktik lapangan ini bisa menigkatkan kapasitasnya sebagai relawan yang siap diterjunkan untuk membantu korban khususnya bencana.
Baca juga: PMI luncurkan program SPLASH di NTB
Baca juga: Pelatihan spesialisasi pertolongan diberikan kepada PMI NTB
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019