Ini daun dewa pereda gatal di bantaran Ciliwung

24 November 2019 13:33 WIB
Ini daun dewa pereda gatal di bantaran Ciliwung
Warga RW 11 Bukit Duri, Jakarta Selatan, memperlihatkan jenis tanaman apotek hidup daun dewa yang berkhasiat menghilangkan gatal, Minggu (24/11/2019). Tanaman bantuan dari Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun dan PT Insight itu ditanam di sepanjang Jalan Inspeksi Ciliwung yang berada di kawasan rawan banjir. ANTARA/Andi Firdaus/am.

wilayah kita sudah jarang kena luapan, paling banjir muncul dari saluran air saat hujan lebat

Warga bantaran Sungai Ciliwung di RW11 Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, mulai membudidayakan tanaman daun dewa dengan khasiat penghilang gatal di kulit.

"Sejak turap dibangun oleh Pemprov DKI pada akhir Desember 2016, wilayah kita sudah jarang kena luapan, paling banjir muncul dari saluran air saat hujan lebat. Warga suka gatal," kata Ketua RW11 Bukit Duri, Muhammad Siroj, di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, kegiatan itu dirintis karena kawasan setempat masuk dalam zona rawan banjir sehingga membuat sebagian warganya terkena penyakit gatal kulit saat banjir melanda.

Baca juga: Warga Jakarta tanam sayuran di bantaran Sungai Ciliwung

Daun dewa yang memiliki nama latin "gynura procumbens" diserahkan lewat bantuan Yayasan Insiprasi Indonesia Membangun dan PT Insight total 1.000 bibit yang dicampur dengan jenis tanaman lain apotek hidup.

Menurut Siroj,  daun dewa akan ditanam di sisi Jalan Inspeksi Ciliwung sepanjang 300 meter untuk dibudidayakan sekitar 800 kepala keluarga setempat.

Pakar tanaman dari divisi kerja Bidang Tanaman Trubus Agribisnis, Gunadi mengungkapkan daun dewa memiliki khasiat meredakan gatal di kulit sebagai obat herbal.

Baca juga: Normalisasi belum tuntas, bantaran Ciliwung masih terancam banjir

"Daunnya dikeringkan lalu ditumbuk, dibalur ke kulit yang gatal," katanya.

Pria yang sudah bekerja selama 23 tahun di Trubus itu juga berbagi tips membudidayakan tanaman yang dalam bahasa Melayu disebut sambung nyawa itu.

Penyiraman air dalam satu pot ukuran 30 sentimeter butuh satu liter air setiap pagi atau sore.

"Media tanamnya dicampur sekam bakar, sekam mentah, dan pupuk kandang. Medianya juga harus ada poros karena akarnya serabut. Kalau tidak pakai porositas bisa buntet dan mati," katanya.

Baca juga: Bertani di bantaran Ciliwung, usaha yang berkembang

Pemupukan menggunakan jenis NPK. NPK adalah pupuk majemuk yang mengandung unsur hara N (Nitrogen), P (Phospat), dan K (Kalium) 

"Kalau pupuk kimia dikit aja kasihnya, sekitar satu sendok teh dua pekan sekali. Habis dipupuk siram," ujarnya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019