• Beranda
  • Berita
  • "Indonesia Maju" di antara profesional dan milenial

"Indonesia Maju" di antara profesional dan milenial

24 November 2019 22:15 WIB
"Indonesia Maju" di antara profesional dan milenial
Presiden RI Joko Widodo bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju saat foto bersama di pelataran Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23-10-2019). ANTARA/Bayu Prasetyo
Sudah lebih dari 1 bulan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin berjalan sejak dilantik pada tanggal 20 Oktober 2019.

Kabinet yang diberi nama "Indonesia Maju" telah diisi orang-orang pilihan, baik dari kalangan profesional maupun politikus.

Guna membantu menjalankan tugas kenegaraan, sehari setelah pelantikannya, Presiden pun memanggil para tokoh calon menteri ke Istana untuk menanyakan kesediaan mereka mengabdi kepada negara.

Satu per satu tokoh berdatangan mengenakan kemeja putih, lengkap dengan senyum terkembang, bangga.

Selain tokoh-tokoh yang hadir, wajah-wajah lama pejabat dalam Kabinet Kerja sebelumnya juga turut "sowan" ke Istana.

Secara berurutan, para tokoh yang hadir pada hari Senin (21-10-2019), yakni Mahfud MD (Menko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan), Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Wishnutama Kusubandio (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif),  dan Erick Thohir (Menteri BUMN).

Selain itu, Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri), Airlangga Hartarto (Menko Bidang Perekonomian), Pratikno (Menteri Sekretaris Negara), Prabowo Subianto (Menteri Pertahanan), dan Edhy Prabowo (Menteri Kelautan dan Perikanan).

Baca juga: Wapres Ma'ruf minta ketidakpuasan susunan Kabinet harap dimaklumi

Selang sehari, Selasa (22-10-2019), menyusul Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Syahrul Yasin Limpo (Menteri Pertanian), Agus Gumiwang (Menteri Perindustrian), Juliari Batubara (Menteri Sosial), Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Suharso Monoarfa (Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional), Basuki Hadimuljono (Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Fachrul Razi (Menteri Agama).

Berikutnya, Ida Fauziyah (Menteri Ketenagakerjaan), Bahlil Lahadalia (Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal), Zainudin Amali (Menteri Pemuda dan Olahraga), Abdul Halim Iskandar (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi), Yasonna Laoly (Menteri Hukum dan HAM), Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubungan), Sofyan Djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang), dan Moeldoko (Kepala Staf Kepresidenan).

Selanjutnya, Tjahjo Kumolo (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi), Teten Masduki (Menteri Koperasi dan UKM), Johny G. Plate (Menteri Komunikasi dan Informatika), Agus Suparmanto (Menteri Perdagangan), Terawan Agus Putranto (Menteri Kesehatan), dan Luhut Binsar Panjaitan (Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi).

Tokoh lainnya, Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri), Gusti Ayu Bintang Puspayoga (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Pramono Anung (Sekretaris Kabinet), Muhadjir Effendy (Menko bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Arifin Tasrif (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral), dan S.T. Burhanudin (Jaksa Agung).

Baca juga: Kemendagri: Isi survei IPO tak mewakili keseluruhan masyarakat

Patut diingat pada saat pengenalan para pejabat, baik menteri, wakil menteri, maupun staf khusus, Presiden selalu menyampaikan pesan-pesan pendek namun tegas dan terarah dalam menjalankan tugas ke depan.

Ketika pengenalan menteri-menteri sebelum dilantik pada hari Rabu (23-10-2019) di tangga Istana Merdeka, Jakarta, Jokowi menyampaikan sejumlah pesan bagi para "pembantunya", yang pertama yang ditegaskannya adalah tidak korupsi.

"Ciptakan sistem yang menutup celah korupsi," ujar Presiden saat pengenalan para menteri yang dilakukan dengan lesehan di anak-anak tangga.

Presiden mengarahkan para menterinya untuk menjalankan visi dan misi Presiden/Wakil Presiden, serta kerja dengan cepat dan produktif.

Jokowi meminta Kabinet Indonesia Maju tidak terjebak dalam business as usual serta berorientasi pada hasil nyata. Bahkan, Kepala Negara meminta para menteri untuk selalu memeriksa persoalan yang terjadi secara langsung di lapangan.
Kabinet Indonesia Maju saat rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, bersama Presiden Joko Widodo pada hari Kamis (24-10-2019). ANTARA/Bayu Prasetyo


"Semua harus serius dalam bekerja. Saya pastikan yang enggak serius, enggak sungguh-sungguh, hati-hati bisa saya copot di tengah jalan," kata Presiden menegaskan.

Soal pemilihan menteri-menterinya itu, Presiden mengaku hal demikian adalah tugas yang berat.

Presiden bersama Wapres Ma'ruf harus menyeleksi setidaknya 300 nama yang masuk. Padahal, jumlah menterinya hanya 34.

"Kami harus melihat urusan yang berkaitan dengan daerah, urusan yang berkaitan dengan suku, urusan yang berkaitan dengan agama, semua proporsinya harus betul-betul, yang berkaitan dengan partai, dengan profesional," ungkap Jokowi saat memberikan sambutan dalam Musyawarah Besar Ke-10 Pemuda Pancasila di Hotel Sultan, Sabtu (26/10).

Mantan Wali Kota Surakarta itu menyampaikan permohonan maaf tidak bisa mengakomodasi seluruh nama yang diusulkan rakyat Indonesia.

Kendati demikian, dalam menyikapi hal tersebut, Presiden yakin bahwa masyarakat Indonesia berbudaya luhur dan mengutamakan persatuan dalam pembangunan.

Untuk menjadi Indonesia yang maju pada masa depan, Jokowi menilai bangsa ini harus bekerja keras dan inovatif menemukan cara-cara baru dalam pembangunan.

"Semua kerja keras tersebut butuh fondasi yang kuat, serta toleransi, persatuan, persaudaraan, dan karakter kebangsaan yang kuat yang didasarkan pada ideologi Pancasila," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Selain itu, untuk memperkuat lembaga dan membantu tugas menteri dalam mencapai visi dan misi Presiden dalam 5 tahun ke depan, Jokowi menunjuk beberapa tokoh sebagai wakil menteri.

Presiden telah mengangkat 12 wakil menteri melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 72/m Tahun 2019 tentang Pengangkatan Wakil Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode 2019—2024.

Sebanyak 12 tokoh yang diangkat sebagai wakil menteri, yakni Mahendra Siregar sebagai Wakil Menteri Luar Negeri, Sakti Wahyu Trenggono (Wakil Menteri Pertahanan), Zainut Tauhid Sa'adi (Wakil Menteri Agama), Suahasil Nazara (Wakil Menteri Keuangan), Jerry Sambuaga (Wakil Menteri Perdagangan), dan Wempi Wetipo (Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat).

Selain itu, Alue Dohong sebagai Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Budiari Setiadi (Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi), Surya Chandra (Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang), Budi Gunadi Sadikin (Wakil Menteri BUMN), Kartiko Wirjoatmodjo (Wakil Menteri BUMN), Angela Tanoe (Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).

Pesan Presiden kepada Wamen Mahendra yakni fokus pada diplomasi ekonomi berkaitan dengan perjanjian perdagangan dan investasi. "Saya berikan target kepada Pak Wamenlu untuk menyelesaikan, ada 14 sampai 15 negara yang kita perlu perjanjian negara, terutama dengan Uni Eropa," kata Jokowi.

Sementara itu, kepada Wakil Menteri Pertahanan, Jokowi memberi tugas untuk mengembangkan industri strategis di bidang pertahanan. Hal itu dilakukan bertujuan agar pengadaan alat utama sistem persenjataan Indonesia mandiri dan tidak tergantung pada negara asing.

Kepada Wamen Agama Zainut Tauhid, Presiden menyampaikan kepercayaannya karena dia berpengalaman sebagai Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia tingkat pusat.

Dalam mengoptimalisasi anggaran agar semakin tepat sasaran, Presiden menyampaikan Menteri Sri Mulyani akan dibantu oleh Wamen Suahasil.

Khusus Wamendag Jerry Sambuaga, Presiden menyampaikan tugas agar perjanjian perdagangan dengan negara lain bisa dituntaskan sehingga dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke kawasan-kawasan nontradisional.

Presiden juga mempercayakan putra asli Papua, Wempi Wetipo, membantu Menteri PUPR mengawasi pembangunan proyek-proyek infrastruktur, khususnya di kawasan Indonesia bagian timur.

Presiden juga memercayai Alue Dohong untuk membantu Siti Nurbaya di sektor kehutanan.

Kepala Negara juga meminta Budiari Setiadi membantu pengawasan dana desa sehingga dapat memberikan hasil optimal kepada desa-desa di seluruh wilayah Indonesia.

Menteri ATR Sofyan Djalil akan dibantu oleh Surya Chandra. Presiden kepada Surya juga berpesan untuk membantu menyelesaikan konflik agraria dan sengketa lahan.

"Saya berikan target dalam setahun harus selesai. KPI kita jelas, konkret dan semuanya didasarkan pada kalkulasi yang jelas," kata Presiden.

Kementerian BUMN terdapat dua wakil menteri, yakni Budi Gunadi Sadikin dan Kartiko Wirjoatmodjo yang merupakan para bankir di Bank Mandiri.

"Kita ada 140-an BUMN dengan aset kurang lebih Rp8.400 triliun. Ini memerlukan sebuah pengelolaan yang baik dan pengawasan kontrol yang baik agar menjadi sebuah aset yang makin meningkat dan memberikan kontribusi yang baik kepada rakyat dan negara," ujar Jokowi.

Presiden mengarahkan Wamen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoe untuk menggencarkan promosi pariwisata Indonesia.

"Kita harapkan promosi wisata kita lebih fokus dan wisatawan yang datang berkunjung ke Indonesia makin banyak," demikian Presiden.
Presiden Joko Widodo mengenalkan tujuh orang sebagai Staf Khusus Presiden untuk membantunya dalam pemerintahan di veranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21-11-2019). Ketujuh staf khusus baru yang diperkenalkan Presiden Jokowi merupakan anak-anak muda berusia antara 23 dan 36 tahun atau generasi milenial. ANTARA/HO-Biro Pers, Setpres


Senior dan Junior

Pesan yang disampaikan Presiden hampir semuanya menyiratkan program pemerintah ke depan, yakni pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi untuk menjadikan bangsa ini semakin berdaya saing dan berkualitas.

Tidak hanya kepada mereka yang senior, Presiden pun berharap generasi muda bangsa untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Hal ini dicerminkan dari pengangkatan sejumlah staf khusus milenial yang memiliki prestasi masing-masing.

Mereka yang dipilih Presiden, yaitu Adamas Belva Syah Devara, Putri Indahsari Tanjung, Andi Taufan Garuda Putra, Ayu Kartika Dewi, Gracia Billy Mambrasar, Angki Yudistia, dan Aminuddin Maruf.

Ketujuh pemuda/pemudi itu akan menjadi mitra diskusi Presiden untuk memberikan gagasan segar bagi pemerintahan.

Jokowi mengharapkan upaya out of the box untuk mengejar kemajuan.

Baca juga: Sosok berkebutuhan khusus, Angkie Yudistia, juru bicara Presiden

Baca juga: Stafsus Presiden Aminuddin Ma'ruf, dari bahaya lisan menuju harapan


Sementara itu, Kepala Staf Kepresienan Moeldoko mengatakan bahwa pengangkatan generasi milenial itu sebagai staf khusus dinilainya sebagai jembatan antara istana dan kaum muda bangsa.

Menurut Moeldoko, sejumlah anak muda pun memiliki sisi kebangsaan yang mendalam, terbukti dari prestasi-prestasi yang ditorehkannya dalam pembangunan bangsa maupun institusi.

"Anak-anak muda kita yang potensial, memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi. Justru mereka ini harus kita kedepankan dalam ikut terlibat pembangunan nasional," demikian Moeldoko.

Ke depannya Kabinet Indonesia Maju diharapkan terus melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan oleh kabinet sebelumnya. Hal yang baik untuk diteruskan, dan hal yang buruk agar ditinggalkan sebagai modal menjadi Indonesia yang berdaya saing dan maju.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019