"DPD II kunci dari hasil Munas Golkar. Suara yang diberikan bukan hanya sekadar hak suara, tapi suara yang dipertimbangkan karena menyuarakan langsung aspirasi anggota partai di daerah yang sehari-hari berurusan dengan mereka," kata Marzuki dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin.
Baca juga: Viktus soroti kesepakatan Airlangga-Bamsoet menjelang Munas Golkar
Menurut dia, suara Golkar saat ini harus dipulihkan dari kemerosotan mengingat Suara Golkar pada Pemilu 2019 menurun. Pemilu 2014, Golkar mendapat 91 kursi di DPR, namun pada Pemilu 2019 hanya mengantongi 85 kursi.
Untuk memulihkan suara, kata dia, Golkar harus dipimpin sosok yang fokus terhadap kinerja partai.
Baca juga: Kosgoro: Airlangga dan Bamsoet bisa seperti Soekarno-Hatta
"Partai Golkar memerlukan pimpinan yang terus menerus secara penuh memperhatikan Golkar," kata Marzuki.
Dia mengingatkan, tantangan agenda politik ke depan makin berat dan kompleks. Oleh karena itu, jangan sampai Golkar tidak siap menghadapi tantangan ke depan.
Baca juga: Aburizal Bakrie yakini Munas Golkar capai musyawarah mufakat
"Kami ini dalam keluarga besar, tidak ada masalah individu, kami hanya ingin partai ini selamat," ujar Marzuki.
Sedangkan pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan dukungan dari DPD II kepada salah satu calon bisa menggagalkan upaya menunjuk ketua umum Golkar secara aklamasi.
Baca juga: Ketum tak rangkap jabatan, Pengamat sebut Golkar lebih berkembang
Dia juga yakin suara DPD II adalah penentu hasil pemilihan ketua umum.
Pangi mencontohkan Munas Golkar tahun 2004. Kala itu Akbar Tandjung sebagai calon ketua umum Golkar, sangat percaya diri karena sudah memegang penuh suara DPD I.
Namun, kata dia, Akbar akhirnya dikalahkan oleh Jusuf Kalla yang bergerilya mendekati DPD II.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019