"Kita bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk kawan-kawan selebriti, dalam pembangunan sekolah ini," kata Direktur Program ACT Wahyu Novian dalam peluncuran Gerakan Sahabat Guru Indonesia dalam rangka memeringati Hari Guru Nasional di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan program tersebut telah berjalan sekitar empat tahun terakhir dan telah berhasil membangun lebih dari 100 sekolah dan merenovasi ratusan lainnya di seluruh pelosok negeri.
Baca juga: ACT targetkan 100 armada pangan layani masyarakat pada 2020
Sekolah-sekolah yang direnovasi oleh ACT adalah sekolah-sekolah yang berdasarkan asesmen dianggap tidak layak lagi untuk dijadikan tempat belajar.
"Ada sekolah tapi sangat tidak layak," katanya.
Kemudian, untuk pembangunan sekolah baru dilakukan karena keterbatasan jumlah sekolah di satu daerah terpencil yang dihuni banyak penduduk.
"Ada banyak penduduk di satu kecamatan di Pulau Gura misalnya. Di situ tidak ada fasilitas pendidikan. Makanya ACT perlu membangun sekolah di sana," katanya.
Pembangunan sekolah di daerah terpencil itu termasuk dalam program 100 pulau tepi negeri yang lebih dikhususkan pada pembangunan sekolah di daerah terpencil, tertinggal dan terluar atau 3T.
"Daerah-daerah ini menjadi sasaran dari pembangunan sarana dan prasarana sekolah. Di wilayah-wilayah yang relatif sulit dijangkau," ujarnya.
Daerah-daerah terpencil itu sebagian besar di pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Perbatasan Timor Leste dan juga di Kepulauan Natuna.
Selain renovasi atau pembangunan sekolah, ACT juga menyalurkan bantuan fasilitas pendukung lainnya seperti bangku, meja, papan tulis dan alat pendukung lainnya.
Program bantuan tersebut, kata Wahyu, akan terus dilakukan dengan harapan seluruh anak di negeri ini dapat mengenyam bangku sekolah dengan fasilitas sekolah yang memadai dan mendukung proses belajar mereka.
Baca juga: ACT apresiasi pengabdian guru lewat gerakan Sahabat Guru Indonesia
Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019