• Beranda
  • Berita
  • Anies: Pesan pernyataan Mendagri tentang transformasi negara

Anies: Pesan pernyataan Mendagri tentang transformasi negara

26 November 2019 22:34 WIB
Anies: Pesan pernyataan Mendagri tentang transformasi negara
Ketua APPSI 2019-2023, Anies Baswedan, di Jakarta, Selasa, (26/11/2019) (Boyke Ledy Watra)

Kalau kita lihat, Jakarta kayak kampung dibanding dengan Shanghai

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan pesan penting dari pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang membandingkan Shanghai-Beijing dengan Jakarta mengenai transformasi suatu negara.

"Jadi menurut saya, justru pelajaran penting yang kita ambil dari pesan yang disampaikan Pak Mendagri tadi adalah pesan tentang transformasi sebuah negara. Lebih dari soal kata kampung yang memang clickbait dan menarik. Tapi sesungguhnya, ini adalah pesan penting bagaimana transformasi sebuah negara itu terjadi, dikerjakan dengan konsisten selama beberapa dekade, dan sekarang mereka merasakan buahnya," katanya di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pernyataan Tito memberikan gambaran transformasi yang dialami China selama empat dekade dibandingkan dengan negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, termasuk Indonesia.

"Jadi menceritakan betapa cepatnya terjadi perubahan di sana. Jadi menurut saya, tidak usah dilepaskan konteks percakapannya. Konteks percakapannya adalah konteks percakapan tentang transformasi. Itu artinya juga PR bagi kita untuk mempercepat transformasi. Dan ini objektif saja," ujar Anies.

Bahwa, katanya, dalam beberapa dekade, perekonomian China yang semula kecil, lompat sampai 100 kali lebih besar.

"Jadi melampauinya bukan hanya kasus Jakarta dan Shanghai. Tapi juga bagaimana Tiongkok dibandingkan dengan seluruh dunia. Lompatan 100 kali perekonomian itu dahsyat," ucapnya.

Lompatan tersebut, kata Anies, jangan pernah berpikir semua bisa selesai dalam satu hingga dua malam, tapi merupakan kerja yang waktunya panjang.

"Karena itu, kita bicara pembangunan infrastruktur, konektivitas jalan, telekomunikasi, ini proses pembangunan yang cukup panjang, yang sekarang sedang dilakukan adalah transformasi yang luar biasa, nantinya ketika kita melihat misalnya 1-2 dekade ke depan, kita akan menyaksikan betapa dampaknya besar keputusan-keputusan pembangunan yang transformatif seperti ini," tuturnya.

Baca juga: Anies terpilih jadi Ketua APPSI 2019-2023

Menangkap pesan dari Tito tersebut, kata Anies, tentang bagaimana transformasi sebuah negara.

Dia mencontohkan di Jakarta, di mana mereka melakukan transformasi transportasi dengan mengintegrasikan rute hingga manajemen tiket.

"Dan apa yang terjadi? Di tahun 2017, jumlah penumpang kendaraan umum kita ada 338 ribu. Dalam dua tahun, dia berubah hampir 700 ribu. Lompat dua kali lipat dalam dua tahun. Kenapa? Ya karena ada transformasi serius di bidang integrasi transportasi," ucapnya.

Anies menekankan jika melakukan langkah-langkah yang tepat untuk melakukan transformasi maka lompatan yang drastis tersebut akan terjadi.

"Dan China memberikan pelajaran bahwa lompatan drastis itu bukan satu hingga dua lokasi, tetapi di seluruh negeri. Jadi ini pesan yang menurut saya untuk kepala daerah menjadi menarik," tuturnya.

Mendagri Tito Karnavian menyentil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait penataan kota Jakarta yang semrawut. Tito bahkan menyebut Jakarta seperti kampung jika dibandingkan kota-kota besar di China.

Tito menuturkan kondisi Shanghai dan Jakarta saat ini berbanding terbalik dengan pada 1998.

Saat itu, katanya, Jakarta jauh lebih modern dibandingkan dengan Beijing dan Shanghai.

"Kita '98 mungkin, 'Ah ini negara (China, red.) dengan Jakarta saja kita lihat sudah seperti kampung. Sekarang kebalik-kebalik. Pak Anies, saya yakin Pak Anies sering ke China. Kalau kita lihat, Jakarta kayak kampung dibanding dengan Shanghai," kata Tito saat berpidato dalam Musyawarah Nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Tahun 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa.

Ia mengaku pernah berkunjung ke Beijing pada 1998 dalam suatu studi banding. Saat itu, penduduk China masih menggunakan sepeda sebagai transportasi utama. Selain itu, kampung kumuh dan sungai kotor berada di mana-mana.

Namun, saat ia kembali ke China pada 2018, transportasi publik modern dan mobil keluaran terbaru sudah mengaspal di jalan. Sungai yang dulunya kotor pun telah menjadi tempat orang-orang untuk berenang.

Baca juga: Paradoks demokrasi, Tito: Jakarta kayak kampung dibandingkan Shanghai
Baca juga: Mendagri: Gubernur hendaknya jadi wakil pemerintah pusat dan pembina

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019