• Beranda
  • Berita
  • Perusahaan Taiwan - Abu Dhabi investasi proyek petrokimia di Indramayu

Perusahaan Taiwan - Abu Dhabi investasi proyek petrokimia di Indramayu

27 November 2019 15:06 WIB
Perusahaan Taiwan - Abu Dhabi investasi proyek petrokimia di Indramayu
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kanan) dan Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil (kiri). (Ajat Sudrajat)

Jadi proyeknya itu, sifatnya ada kilang minyak, kemudian ada turunannya petrochemical yang ujungnya jadi benda industri plastik dan sebagainya

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan Pertamina berhasil mendapatkan investasi dari perusahaan Taiwan dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, senilai hampir Rp100 triliun untuk pengerjaan proyek petrokimia yang diintegrasikan dengan Kilang Balongan, di Kabupaten Indramayu.

"Pertamina ini, alhamdulillah dengan profesionalismenya berhasil mendapatkan investasi dari perusahaan Taiwan dan Insya Allah dengan perusahaan Abu Dhabi investasi di Indramayu," kata Nicke Widyawati seusai bertemu dengan Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil di gedung Negara Pakuan Bandung, Rabu.

Nicke menjelaskan proyek tersebut akan berlangsung selama empat hingga lima tahun konstruksi dan diperkirakan akan mempekerjakan sekitar 30.000 hingga 35.000 warga lokal dan ratusan orang teknisi selama beroperasi.

"Jadi proyeknya itu, sifatnya ada kilang minyak, kemudian ada turunannya petrochemical yang ujungnya jadi benda industri plastik dan sebagainya," ujarnya.

Baca juga: Menperin sebut sejumlah investor asing siap masuk industri petrokimia

Dia menuturkan investasi yang akan dikucurkan tersebut untuk membangun proyek petrokimia yang diintegrasikan dengan kilang yang saat ini sudah ada.

Kilang tersebut, kata dia, nantinya akan ditambah kapasitasnya dan diintegrasikan dengan pabrik petrokimia beserta turunannya.

"Sehingga ini akan jadi integrated revenue petrochemical plant terbesar dan ini letaknya di Jabar. Lokasinya di Indramayu, Balongan," katanya.

Menurut dia, dengan adanya proyek ini maka direncanakan kapasitas kilang akan menjadi 350.000 barel per hari dan untuk petrochemical bisa 2,5 juta nafta.

"Jadi ini ialah midstream dan downstream jadi bukan untuk upstream dan suplainya bisa dari multisource yang ada dari kilang domestik. Karena kilang domestiknya Pertamina dicampur dan karena setiap kilang ada campuran," kata dia.

Baca juga: Pertamina raih kemitraan terbesar dari Forum Investasi, bangun pabrik petrokimia

Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya sengaja bertemu Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil untuk meminta dukungan terkait perizinan dan penempatan lokasi.

Rencananya tahap konstruksi proyek ini akan dilakukan awal tahun 2020 dan ditargetkan beroperasi 2026.

"Dan kami memerlukan perizinan juga penempatan lokasi. Awal operasinya tahun 2026 bertahap. Jadi nanti kebutuhan tenaga kerjanya ada untuk konstruksi dan tahap operasi. Untuk tahap konstruksi dimulai awal tahun 2020 dan untuk masa operasi dimulai 2026," kata Nicke.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil mengatakan pihaknya berkomitmen memudahkan proses investasi tersebut.

"Dan tugas Pemprov Jabar adalah mengamankan tata ruang dan penunjukan lokasi wilayah yang diminta Pertamina," kata dia.

Emil mengatakan keberadaan proyek tersebut akan menyerap 30 hingga 35 ribu tenaga kerja tenaga kerja yang mayoritasnya warga sekitar. "Sehingga berdampak terhadap kesejahteraan warga sekitar dan yang paling penting ibu Dirut sudah komit mayoritas pekerja asal Indramayu," kata dia.

Baca juga: Jerman tertarik investasi pabrik petrokimia di Bintuni
 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019