Selain itu, ia juga mengatakan jika dibandingkan industri transportasi, petrokimia akan lebih sesuai dengan tren konsumen yang ada.
“Permintaan minyak di sektor transportasi akan menurun, karena energi alternatif dan petrokimia akan meningkat. Jadi tidak perlu khawatir,” kata Fahrurrozi dalam diskusi Pertamina Energy Forum (PEF) 2019 di Jakarta, Rabu.
Sejalan dengan perubahan penggunaan energi terbarukan dalam sektor transportasi, menurutnya, tren industri petrokimia terus meningkat seiring proyeksi peningkatan penggunaan plastik konvensional pada 20-30 tahun ke depan. Seiring dengan peningkatan permintaan hasil industri petrokimia, permintaan bahan baku di sektor ini akan meningkat hingga 50 persen.
Baca juga: Perusahaan Taiwan - Abu Dhabi investasi proyek petrokimia di Indramayu
Sejumlah praktisi menilai akan ada perubahan tren bisnis di sektor energi masa depan yang dikendalikan oleh pola konsumsi masyarakat. Baik dari pola prilaku cara konsumsi maupun jenis produk yang dikonsumsinya.
Seperti juga yang disampaikan Jacky Mussry, selaku Deputi Chief Executive Officer Markplus, ketika ia menilai bahwa sektor ekonomi sekarang berhadapan dengan tren pemasaran yang berpusat pada kepuasan konsumen atau Consumer Centric. Hal ini tidak hanya terjadi di sektor ekonomi, namun juga sektor lainnya.
Namun khusus sektor energi, Pertamina sebagai pelaku utama di sektor energi di Indonesia, dinilai telah sigap memainkan perannya bukan saja market driven (dikendalikan pasar), namun sudah market driving (mengendalikan pasar).
Baca juga: Menperin undang SK Group investasi industri petrokimia di Indonesia
“Pertamina masih sangat kuat sebagai institusi untuk men-drive pasar, tidak kalah dengan perusahaan-perusahaan baru. Saat ini merupakan momentum untuk itu, kalau lewat, enggak akan kembali lagi. Jadi Pertamina mempunyai kapabilitas bertransformasi, tapi tetap harus ada kompetensi,” ujar Jacky
Pada kesempatan yang sama, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, pada prinsipnya Pertamina selalu memperhatikan kebutuhan pasar dan pelanggan. Fajriyah menambahkan bahwa Pertamina menangkap perubahan trend pasar dan prilaku konsumen ini dengan menjalankan sejumlah program digitalisasi di sejumlah lini bisnis. Mulai dari digitalisasi SPBU untuk kehandalan stok BBM, digitalisais di Kilang untuk meminimalisir unpredictive shutdown hingga loyalty program MyPertamina yang memberikan sejumlah benefit untuk konsumen.
“Kami terus melakukan peningkatan pelayanan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi konsumen. Karena bagaimanapun kepuasan konsumen merupakan salah satu kunci utama dalam kelangsungan bisnis kami” ujarnya.
Kemudian, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin yang juga Wakil Komisaris Utama Pertamina, mengingatkan Pertamina harus tetap menjalankan komitmen antara lain menjaga ketersediaan, terjangkau, dan keberlanjutan. “Energi harus terjangkau untuk semua orang di Indonesia,” kata Budi.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019