Konflik gajah liar dengan manusia di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh terus berlarut, bahkan tercatat telah menimbulkan sebanyak delapan orang korban jiwa sejak tahun 2011 silam, sehingga pemerintah diminta mencari solusi konflik tersebut."Itu korban jiwa yang kami ketahui sejak 2011. Kemarin kepada media lain saya salah sebut, saya bilang lima orang korban jiwa, padahal saat ini sudah delapan orang korban," katanya, di Bener Meriah, Rabu.
Reje (Kepala Desa) Kampung Rime Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo Muklis mengatakan, pihaknya mencatat delapan orang warga kecamatan tersebut meninggal dunia, akibat berbagai insiden dialami ketika berpapasan dengan kawanan gajah liar tersebut.
"Itu korban jiwa yang kami ketahui sejak 2011. Kemarin kepada media lain saya salah sebut, saya bilang lima orang korban jiwa, padahal saat ini sudah delapan orang korban," katanya, di Bener Meriah, Rabu.
Baca juga: Korban amukan gajah dirawat di Banda Aceh
Dia menjelaskan akhir-akhir ini kawanan satwa dilindungi tersebut kerap mendatangi permukiman penduduk kabupaten setempat. Kejadian-kejadian itu bahkan berulang setiap tahunnya.
Menurut dia, salah satu wilayahnya seperti Kampung Rime Raya tercatat sebanyak 14 unit rumah yang telah dirusak kawanan hewan bertubuh besar itu dalam kurun waktu dua pekan terakhir.
"Itu total rumah warga yang didatangi dan dirusak oleh gajah liar baru-baru ini. Kebanyakan hanya rusak ringan, kalau yang rusak berat itu ada empat unit rumah," katanya pula.
Baca juga: Suami korban serangan gajah juga meninggal dunia
Ia menyebutkan peristiwa itu setiap tahun terjadi, bahkan selain merusak rumah warga, kawanan gajah liar tersebut juga merusak ratusan hektare lahan. Selama ini warga hanya mengusir satwa tersebut dengan petasan ketika kawanan gajah mulai mendekati permukiman penduduk.
"Warga di sini jaga malam. Jadi kami secara bergantian melakukan ronda tiap malam untuk mengantisipasi kedatangan gajah di kampung kami," katanya pula.
Baca juga: Korban amuk gajah harap Jokowi selesaikan konflik
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019