• Beranda
  • Berita
  • Bahlil sebut tiga negara minati investasi baterai litium di Indonesia

Bahlil sebut tiga negara minati investasi baterai litium di Indonesia

29 November 2019 19:18 WIB
Bahlil sebut tiga negara minati investasi baterai litium di Indonesia
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (kiri) disaksikan Presiden Jokowi (2 kiri) menandatangai nota kesepahaman investasi dengan Presiden dan CEO President Lee Won-hee (kanan) disaksikan Hyundai Motor Group Executive Vice Chairman Chung Euisun (2 dari kanan) di Pabrik Hyundai, Ulsan, Korea Selatan, Selasa. (26/11/2019). (Biro Pers dan Media Setpres RI)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut ada tiga negara yakni Korea Selatan, China dan Jerman, yang berminat untuk berinvestasi di industri baterai litium di Indonesia.

Hal tersebut disampaikannya usai mendampingi Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan BASF, perusahaan kimia terbesar dunia di Ludwigshafen, Jerman.

"Kita berharap akan ada pembangunan industri baterai litium di Indonesia. Ada beberapa investor potensial yang akan masuk ke Indonesia yakni dari Korea Selatan, China dan Eropa. Ini merupakan hal yang baik dan strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat berinvestasi yang aman," kata Bahlil dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Airbus tidak akan gunakan baterai lithium pada A350

Hadir pula dalam kesempatan itu Dubes RI di Berlin Arief Havas Oegroseno; Konjen RI di Frankfurt Toferry Soetikno; Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan BKPM Nurul Ichwan; Pejabat Promosi Investasi IIPC London Aditia Prasta; Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Xuehua Chen; dan perwakilan BASF yakni Vice President BASF Battery Material Europe Daniel Schoenfelder; Vice President BASF Battery Material Asia Jay Yang; serta Senior Vice President BASF Precious & Base Metal Services Matthias Dohrn.

Bahlil mengatakan BASF sangat tertarik dengan penjelasan yang disampaikan oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menkomarves.

"Tadi juga dipaparkan informasi tentang besarnya cadangan mineral khususnya nikel, yang merupakan komponen dominan pembuatan baterai litium untuk kendaraan listrik, yang ada di Indonesia dan rencana Indonesia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang akan menghasilkan harga listrik yang sangat murah yang akan mendukung industri litium baterai dan smelter di Indonesia," tambahnya.

BASF telah menjadi pemasok utama bahan-bahan kimia baik bagi industri makanan, otomotif, hingga infrastruktur.

Baca juga: Sulsel miliki peluang bangun pabrik baterai litium

Pada kesempatan itu, Menko Luhut juga menjelaskan upaya Pemerintah Indonesia untuk menarik investasi dibidang manufaktur kendaraan listrik. Potensi pasar Indonesia yang sangat besar dinilai menjadi peluang untuk dapat menciptakan permintaan akan investasi di sektor baterai kendaraan listrik.

Dipaparkan juga pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55/2019 tentang Percepatan Program KBL Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

"Pak Luhut juga sampaikan tadi ke depan yang akan menjadi tren adalah kendaraan listrik, dibandingkan kendaraan hybrid apalagi dari energi fosil," ucap Bahlil.

Pada kesempatan itu, hadir pula perwakilan dari perusahaan asal China yang telah berinvestasi di bidang pembuatan bahan untuk baterai litium di Weda Bay Nickel (WBN), Halmahera, Maluku Utara.

"Kami merasa terhormat diundang dan dilibatkan oleh pemerintah (Indonesia) dalam kunjungan ini. Eropa adalah pasar yang sangat penting untuk produk baterai untuk kendaraan listrik. Kami mendapat dukungan penuh dari semua tingkatan pemerintah Indonesia, dan juga kami mendapatkan dukungan bahan baku yang melimpah. Oleh karena itu kami sebagai salah satu perusahaan terdepan di bidang baterai untuk kendaraan listrik merasa percaya diri akan sukses di Indonesia," kata Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Xuehua Chen.

Chen menjelaskan Huayou merupakan salah satu pemain baru utama di bidang industri energi baterai li-ion. Perusahaan bahkan telah menguasai pangsa pasar kobalt dunia.

Guna mendorong daya saing di industri ini, pihaknya telah memulai di beberapa proyeknya di Indonesia.

Dikatakan Chen, Indonesia tak hanya kaya akan laterite ore, bahan material baterai li-ion. Namun juga pemerintah Indonesia sudah menciptakan iklim yang bagus buat bisnis ini.

Menurut Chen, faktor inilah yang membuat pihaknya optimistis dengan kelangsungan investasi dan proyek-proyeknya di Indonesia di masa depan.

Oleh karena itu, Chen menargetkan perusahaannya akan membangun kawasan industri global terdepan kelas dunia di industri baterai di Indonesia.

"Ini gabungan yang cakep antara kemampuan dan daya saing teknis kami di Huayou dan sumber daya yang dimiliki Indonesia. Kita sama-sama kembangkan kedua pihak di Indonesia," pungkas Chen.
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019