"Persoalan ini krusial, karena menentukan peranan sektor pertanian ke depan," kata Junaidi Auli dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ia mengingatkan bahwa menurut data BPS, pada Agustus 2019 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian (secara luas) mencapai 34,58 juta atau sekitar 27,33 persen dari total tenaga kerja.
Jumlah tersebut turun sekitar 1,12 juta tenaga kerja dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena jumlah tenaga kerja semakin menurun dan dapat memengaruhi ketahanan pangan nasional.
Baca juga: Kementan: SDM Pertanian jadi kunci Indonesia lumbung pangan dunia
Penurunan tenaga kerja di sektor pertanian, lanjut Junaidi, memang sejalan dengan penurunan kontribusinya terhadap PDB. Beberapa tahun lalu, sektor ini berkontribusi sekitar 25 persen terhadap PDB, sekarang sudah di bawah 20 persen.
"Pemerintah seharusnya lebih paham dan reponsif terkait penurunan tenaga kerja pada sektor pertanian," katanya.
Pada bagian lain, Junaidi menambahkan pembiayaan ke sektor pertanian juga relatif rendah, baik dari sektor perbankan maupun penanaman modal.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian menyatakan para petani milenial di Indonesia harus mengikuti dan menguasai era teknologi 4.0 dalam upaya mencapai tujuan pembangunan pertanian nasional.
Baca juga: Kementan beri penyuluhan untuk tingkatkan kemampuan poktan
Kepala Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Prof Dedi Nursyamsi menyebutkan ke depan, semua pengelolaan pertanian dari hulu hingga hilir, bahkan tahap penjualan harus menggunakan teknologi 4.0 tersebut.
"Dan itu adalah ranah petani-petani milenial kita," katanya di sela-sela pembukaan Aceh Agro Expo 2019 di Banda Aceh, Sabtu (16/11)
Dia menyebutkan pemanfaatan teknologi 4.0 itu sangat efisien, sehingga pertanian tumbuh dalam waktu yang cepat. Dengan demikian produk pertanian Indonesia dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri serta kebutuhan untuk ekspor.
Menurut dia, kini petani milenial telah mulai tumbuh di Indonesia. Mereka diharapkan dapat melanjutkan estafet pembangunan pertanian Indonesia di masa akan datang, dengan menguasai teknologi.
Sebelumnya Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Prof. Loekas Soesanto mengingatkan pentingnya modernisasi pertanian khususnya pada era revolusi industri 4.0.
"Modernisasi sangat penting dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0, selain itu modernisasi dapat menumbuhkan minat petani milenial untuk mengembangkan sektor pertanian," katanya di Purwokerto, Kamis (19/9).
Sementara itu, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KPRP) Said Abdullah menyatakan bahwa penerapan teknologi bisa menjadi bagian kecil mendongkrak regenerasi namun bukan faktor pengungkit utama , karena permasalahan terkait dengan penguasaan lahan dan tingkat pendapatanlah yang dinilai menjadi faktor utama regenerasi petani terjadi.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019