Seorang pejabat tinggi Hong Kong mengatakan pemerintah sedang memproses pembentukan sebuah komite independen untuk meninjau ulang penanganan krisis itu, yang membuat para demonstran makin berani melakukan kekerasan sejak mereka mulai melakukan protes lima bulan lalu.
Hong Kong relatif tenang sejak pemilihan-pemilihan lokal yang dilaksanakan pekan lalu. Pemungutan suara itu membawa kemenangan besar bagi para calon pro-demokrasi. Para pegiat tampak ingin menjaga momentum gerakan mereka.
"Saya turut dalam protes damai pada Juni ketika lebih satu juta orang turun ke jalan-jalan tetapi pemerintah tidak mendengarkan tuntutan-tuntutan kami," kata Ponn, seorang wanita yang berusia 71 tahun di distrik tengah Hong Kong dan hanya menyebutkan nama panggilannya.
Ia membawa bangku plastik untuk ikut protes lintas generasi yang diikuti ratusan orang di Chater Garden. Orang-orang lanjut usia dengan membawa tongkat berdiri tak jauh dari pengunjuk rasa belia yang mengenakan pakaian hitam. Semua mendengarkan para pembicara pro-demokrasi dalam pertemuan yang diiringi musik.
"Saya melihat begitu banyak kebengisan polisi dan penangkapan sewenang-wenang. Ini bukan Hong Kong yang saya tahu. Saya datang ke sini karena saya menginginkan pemerintah tahu bahwa kami tidak gembira dengan apa yang mereka telah lakukan kepada generasi kami," kata Ponn, yang datang bersama dengan putri dan menantunya.
Para demonstran dibuat marah oleh apa yang mereka lihat campur tangan China dalam kebebasan-kebebasan yang dijanjikan ketika Inggris mengembalikan Hong Kong kepada Beijing tahun 1997.
Sumber: Hong Kong
Baca juga: Hong Kong izinkan maskapai pertahankan slot bandara
Baca juga: Trump setujui aturan yang mendukung pemrotes Hong Kong
Baca juga: China peringatkan balas AS atas UU mendukung pemrotes Hong Kong
Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019