Setidaknya sepuluh orang yang diduga anggota kartel bersenjata dan empat anggota polisi tewas dalam baku tembak di Meksiko, di dekat perbatasan Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (30/11) dini hari, beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump menyebut akan menandai komplotan sebagai teroris.Saya rasa Meksiko tidak memerlukan intervensi. Yang dibutuhkan adalah kolaborasi dan kerja sama. Kami yakin bahwa negara mempunyai daya untuk menangani para kriminal
Dalam sebuah wawancara pada Selasa (26/11), Trump menyebut dia berencana menggolongkan kartel sebagai organisasi teroris, yang kemudian memicu munculnya anggapan bahwa langkah itu dilakukan sebagai pendahuluan dari upaya AS mengintervensi Meksiko.
Pemerintah negara bagian Coahuila di bagian utara mengonfirmasi bahwa polisi bentrok dengan suatu kelompok bersenjata yang menaiki truk pikap di kota kecil Villa Union, sekitar 65 kilometer barat daya dari kota perbatasan Peidras Negras.
Gubernur Coahuila Miguel Angel Riquelme mengatakan bahwa aparat telah bertindak secara tegas untuk menangani para kaki tangan kartel di mana empat polisi menjadi korban tewas dan enam lainnya terluka, sementara beberapa orang menghilang termasuk mereka yang saat itu berada di kantor gubernur.
Menurut Riquelme, dalam kontak tembak yang terjadi selama lebih dari satu jam itu, tiga dari sepuluh anggota kartel tewas tertembak oleh pasukan keamanan saat pengejaran.
Baca juga: Keluarga Amerika yang dibunuh diduga 'umpan' perang kartel Meksiko
Sebelumnya, sekitar tengah hari, suara tembakan mulai terdengar di luar Villa Union, di mana konvoi truk para anggota kartel bersenjata itu terlihat berkeliling kota, menurut klip video yang diunggah beberapa pengguna media sosial, meskipun Reuters belum dapat memastikan kebenaran video tersebut.
Riquelme menambahkan bahwa pihak berwenang telah mengidentifikasi 14 kendaraan yang digunakan oleh komplotan tersebut, serta menyita lebih dari selusin senjata api.
Dia meyakini bahwa komplotan yang dimaksud adalah anggota Kartel Timur Laut, yang menguasai wilayah Tamaulipas hingga ke bagian timur.
Tindak kekerasan komplotan terjadi setelah Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador pada Jumat (29/11) menyebut bahwa dia tidak akan menerima intervensi asing apapun di negaranya untuk menangani kekerasan kriminal para komplotan setelah komentar Trump.
Hal itu kembali ditekankan oleh Riquelme yang mengatakan, "Saya rasa Meksiko tidak memerlukan intervensi. Yang dibutuhkan adalah kolaborasi dan kerja sama. Kami yakin bahwa negara mempunyai daya untuk menangani para kriminal."
Sumber: Reuters
Baca juga: Keluarga korban pembantaian Meksiko dibalas serangan terkait kartel
Baca juga: Meksiko, Uruguay tolak penggunaan kekuatan di Venezuela
Pewarta: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019