"Aksi 212 sekarang menurut saya hanya ingin menunjukkan eksistensi bahwa kelompok ini masih ada setelah hilang beberapa bulan," kata Dr. Ahmad Atang, M.Si. di Kupang, Senin.
Ahmad Atang yang pernah sebagai Pembantu Rektor I UMK mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan seputar masih urgensi reuni 212 yang akan berlangsung pada hari ini di Jakarta.
Menurut dia, 212 merupakan gerakan moral keagamaan yang diawali dengan persoalan penistaaan agama yang dilakukan mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Baca juga: Imbas Reuni 212, aturan Ganjil Genap ditiadakan Senin pagi
Baca juga: Reuni 212, massa manfaatkan kendaraan tempur untuk ajang berswafoto
Meskipun demikian, 212 bermetaformasis menjadi gerakan keagamaan yang berbasis politik sejak Pilkada DKI Jakarta hingga pemilu dan Pilpres 2019.
Ahmad Atang mengatakan bahwa 212 telah menjadi pola di kalangan aktivis Islam jalanan untuk menyuarakan kepentingan sosial dan politik umat.
Jika dilihat dari momentum, kata dia, tidak terlihat ada benang merah antara gerakan 212 dan situasi sosial politik bangsa pada hari ini.
Namun, kalau dilihat dari isu gerakan, masih terkait dengan persoalan Habib Ridzeq yang masih dicekal oleh pemerintah Arab Saudi. Pada saat ini terjadi saling klaim dan saling bantah antara pemerintah dan Habib soal isu pencekalan tersebut.
Selain itu, persoalan legalitas FPI tentu juga akan menjadi isu gerakan karena pemerintah belum mengeluarkan izin perpanjangannya.
Baca juga: Pemotor gunakan jalur sepeda imbas padatnya kendaraan massa 212
Baca juga: Kepadatan lalu lintas terjadi imbas Reuni 212
Ia menegaskan kembali bahwa aksi 212 hanya ingin menunjukkan eksistensi bahwa kelompok ini masih ada setelah hilang beberapa bulan.
"Artinya, tidak ada isu seksi yang dieksploitasi, kecuali isu lama yang dikemas untuk menarik minat publik," katanya Ahmad Atang menambahkan.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019