"Kayanya si iya, namun aku bukan tipe sutradara yang membuat film dari cerita dari sebuah buku atau novel. Kalau aku lebih ke apa yang ingin aku sampein atau terhadap keresahan yang aku ingin sampaikan ke masyarakat," kata Atiqah saat peluncuran filn pendek "Posi(+)if" di Jakarta, Senin.
Wanita yang didapuk sebagai duta nasional untuk Indonesia di UNAIDS itu mengaku saat ini belum "ketagihan" untuk memproduksi sebuah film pendek maupun panjang.
"Kalau merasa ketagihan sih, saat ini belum sampai seperti itu yah," kata Atiqah Hasiholan.
Menurutnya, untuk pengalaman pertama menjadi seorang sutradara ia merasa lebih puas dengan karya yang baru saja ia rilis. Ketika ditanyakan lebih nyaman berada di balik layar atau depan layar, ia saat ini merasa puasa berada di belakang layar.
"Kalau dibilang lebih enakan dimana, menurut saya kalau untuk kepuasan batin itu enakan di belakang layar. Karena kita bisa menyampaikan apa yang mau kita sampaikan secara audio dan visual dan itu ada kepuasan tersendiri," jelasnya.
Saat ini, Atiqah Hasiholan sudah meluncurkan sebuah film yang bekerjasama dengan UNIADS untuk mengedukasi masyarakat tentang HIV. Film yang diberi judul "Posi(+)if" ini bekerjasama dengan Visinema Group yang sudah menggarap film-film laris, seperti "Keluarga Cemara", dan "Filosofi Kopi".
Baca juga: UNAIDS National tunjuk Atiqah Hasiholan jadi "Goodwill Ambasador"
Baca juga: Atiqah Hasiholan main bareng Jonathan Rhys Meyers di film "Rajah"
Baca juga: Saran Atiqah Hasiholan kepada milenial
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019