Bahkan, Wamenhan juga sempat menjajal sejumlah kendaraan unggulan Thales, seperti Bushmaster, kendaraan lapis baja antiranjau dan Hawkei, kendaraan lapis baja ringan.
"Kita mau melihat kemampuan dan peluang kerja sama antara Thales dengan industri pertahanan Indonesia, seperti Pindad," kata Sakti, melalui pernyataan tertulis.
Sebagai bagian dari "commonwealth" atau negara persemakmuran Inggris, kata dia, Australia memenuhi kebutuhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) didominasi yang sesuai standar NATO.
Menurut dia, Australia juga merupakan negara yang banyak melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pertahanan, namun tidak banyak yang diindustrialisasi menjadi produk "masterpice", melainkan lebih cenderung sebagai "global supply chain".
Dengan kondisi itulah, lanjut dia, hal yang perlu didorong sebagai potensi kerja sama adalah meningkatkan produk nasional Indonesia menjadi produk yang berstandar internasional atas produk "First Article" yang belum digunakan oleh pemakai.
Di antaranya, Drone/PTTA, Swamboat, RCWS, Depth Personnel Vehicle, Ground to Air Radio, air combat manouvering instrumentation.
Untuk diketahui, fasilitas Pabrik Thales di Bendigo selama ini fokus memproduksi kendaraan tempur jenis Bushmaster dan Hawkei.
Bushmaster memiliki keunggulan pada daya tahan terhadap serangan ranjau, dan dengan desain yang dibuat Thales selama beroperasi di medan tempur belum ada pernah korban jiwa.
Baca juga: Wamenhan: Konsep bela negara bagi milenial tengah dikaji
Baca juga: Wamenhan fokus pengembangan industri pertahanan
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019