Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menjadi koordinator tiga program prioritas untuk 2020-2024 yang masuk dalam prioritas riset nasional yaitu bidang energi, pemantauan radiasi lingkungan dan radioisotop serta radiofarmaka.BATAN akan bekerja sama untuk mengembangkan ekosistem industri radioisotop dan radiofarmaka
"Yang pertama di bidang energi, khususnya bidang pembangkit listrik tenaga nuklir. Yang akan kita lakukan melalui tahap pre-project akan melakukan studi kelayakan yang komprehensif terlebih dahulu," ujar Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan ketika memberikan sambutan dalam acara Internalisasi Renstra BATAN 2020-2024 di Kompleks Puspiptek Serpong, Banten pada Selasa.
Dalam studi kelayakan itu termasuk juga studi tapak, studi ekonomi dan studi untuk mempelajari teknologi yang paling sesuai untuk rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia, menurut Anhar Riza.
Baca juga: BATAN identifikasi polutan di tanah dengan teknologi nuklir
Meski perjalanan Indonesia masih jauh untuk membangun PLTN, kata dia, tapi segala persiapan termasuk studi kelayakan harus tetap dilakukan jika seandainya pemerintah memutuskan untuk memanfaatkan teknologi nuklir dalam bidang energi.
Program prioritas kedua yang berada di bawah koordinasi BATAN adalah pembangunan sistem pemantauan radiasi lingkungan atau sistem pemantauan radiasi untuk keselamatan dan keamanan. Untuk itu, BATAN bekerja sama dengan beberapa lembaga seperti BMKG untuk mengembangkan sistem tersebut.
Sistem itu akan terintegrasi dalam jaringan dunia maya yang berada di bawah pengawasan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai lembaga pengawas nuklir resmi pemerintah, menurut dia.
Program ketiga adalah bidang radioisotop dan radiofarmaka karena BATAN memiliki potensi dalam kedua hal tersebut dengan bantuan teknologi nuklir.
Saat ini BATAN sudah menelurkan lima produk radiofarmaka hasil kerja sama dengan Kimia Farma yang sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Kesehatan dan memiliki Nomor Izin Edar.
"Kita punya reaktor 30 megawatt, punya fasilitas pendukung lainnya. Mengapa kita tidak bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri? Ekosistem memang melibatkan banyak pihak, sekali lagi BATAN akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan ekosistem industri radioisotop dan radiofarmaka," tegas dia.
Baca juga: BATAN terus bumikan teknologi nuklir di Indonesia di usianya ke-61
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019