Haedar Nashir dikukuhkan sebagai guru besar UMY

12 Desember 2019 12:24 WIB
Haedar Nashir dikukuhkan sebagai guru besar UMY
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan pidato pengukuhan guru besar di Sportorium, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis. (FOTO ANTARA/Luqman Hakim)
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu sosiologi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis.

Pada acara pengukuhan guru besar yang berlangsung di Sportorium Kampus terpadu UMY, Haedar menyampaikan pidato yang berjudul "Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologi".

Menurut Haedar, Moderasi Indonesia dan keindonesiaan sebagai pandangan dan orientasi tindakan untuk menempuh jalan tengah atau moderat merupakan keniscayaan bagi kepentingan masa depan Indonesia.

"Moderasi Indonesia dan keindonesiaan itu niscaya objektif dalam seluruh aspek kehidupan kebangsaan seperti politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan," kata dia.

Orientasi itu, menurut dia, sejalan dengan landasan, jiwa, pikiran, dan cita-cita kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan spirit para pendiri bangsa.

Baca juga: Haedar Nasir komentari soal penumpang gelap di Partai Gerindra
Baca juga: Haedar Nasir minta para elit politik "berkurban" untuk masyarakat


Oleh karenanya, kata Haedar, Indonesia harus dibebaskan dari segala bentuk radikalisme baik dari tarikan ekstrem ke arah liberalisasi dan sekularisasi maupun ortodoksi dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan yang menyebabkan Pancasila dan agama-agama kehilangan titik moderatnya yang autentik di negeri ini.

Kendati demikian, Haedar juga berpesan agar istilah radikalisme tidak lantas digaungkan secara bias.

Konstruksi radikalisme yang bias dan digeneralisasi secara luas, menurut dia, dapat menjadikan Indonesia berada dalam gawat-darurat radikalisme.

"Padahal sejatinya masih banyak aspek dan ruang sosiologis dalam kehidupan keindonesiaan yang moderat dan menjadi kekuatan Indonesia untuk menjadi negara maju dan bersatu sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa," kata dia.

Sementara itu, menurut Haedar, khusus bagi umat Islam Indonesia sangat penting terus menembangkan moderasi Islam dalam arti membumikan Islam sebagai ajaran yang moderat untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.

"Kenyataan memang masih dijumpai keberagamaan yang ekstrem atau radikal-ekstrem di tubuh umat Islam, sehingga memerlukan moderasi," kata dia.

Baca juga: Haedar Nasir: Berkurban harus gerakan kesalehan bagi sesama
Baca juga: Haedar Nasir isi ceramah shalat Idul Adha di Masjid Agung Al-Azhar


Oleh karena itu, menurut dia, moderasi merupakan jalan tengah dan penting bagi dunia Islam.

Moderasi menjadi salah satu konsep kunci dalam Islam untuk memberikan solusi ideal dan praktis untuk mengembangkan kepribadian individu serta mekanisme kontrol dalam masyarakat.

Selain memiliki penjelasan filosofis mendalam, konsep itu, kata dia, juga berasal dari penggalan ayat dalam Al Quran yakni ummatan wasaṭan (ummat tengahan).

"Fakta bahwa moderasi sebagai sebuah konsep ditemukan dalam agama dan tradisi lain, membenarkan gagasan bahwa moderasi sebenarnya, merupakan sebuah gagasan universal," kata Haedar.

Dalam acara pengukuhan guru besar Haedar, hadir sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju yakni Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Fachrul Razi, serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi.

Hadir pula sejumlah tokoh nasional seperti Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mantan Ketum PP Muhammadiyah Syafii Maarif, Ketum PAN Zulkifli Hasan, politikus PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto hingga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti.

Baca juga: Muhammadiyah terus membangun Indonesia
Baca juga: NU-Muhammadiyah minta pemerintah sungguh-sungguh atasi kesenjangan sosial

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019